METODE PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan dalam
berbagai kata. Seperti kata atthariqah, manhaj, dan alwashilah.
Thariqah berarti jalan, manhaj berarti sistem, dan washilah berarti perantara.
Dengan demikian kata yang paling dekat dengan metode adalah kata thariqah.
Karena secara bahasa metode adalah suatu jalan untuk mencapai suatu tujuan.
Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan. Bagi kehidupan
manusia, pendidikan sangat dibutuhkan untuk mencapai kebutuhan mutlak yang
harus dipenuhi sepanjang hidupnya.[1]
B. RumusanMasalah
1. Apa
pengertian metode pendidikan?
2. Apa
ayat Al-Qur’an tentang metode pendidikan?
3. Apa
hadits tentang metode pendidikan?
4. Bagaimana
tafsir Al-Qur’an tentang metode pendidikan?
5. Bagaimana
penjelasan hadits tentang metode pendidikan?
6. Bagaimana
kontekstualisasi isi ayat dan hadits yang terkait?
BAB II
PEMBAHASAN
1. PengertianMetodePendidikan
Metode
adalah suatu cara atau langkah untuk menganalisa sesuatu. Metode diibaratkan sebagai alat yang
dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Tanpa metode, suatu
materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam
kegiatan pembelajaran menuju tujuan pendidikan.[2]
Zuhairini, dkk. (1992:149)
merumuskan bahwa pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembanngkan seluruh
aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Pendidikan bukan hanya
bersifat formal saja, tetapi mencakup juga yang non formal. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa, pendidikan adalah suatu aktivitas dan usaha manusia
untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadi
rohani (pikir, rasa, karsa, dan budi nurani).[3]
2. Ayat Al-Qur’an TentangMetodePendidikan
a)
Surah Al-Nahl : 125
ادْعُ إِلَى
سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُبِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ
وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya:
“(125) Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”
b)
Surah
Ibrahim ayat 24-25
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً
طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ .
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Artinya:
“(24) Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan
cabangnya (menjulang) ke langit. (25) (pohon) itu menghasilkan buahnya pada
setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia
agar mereka selalu ingat.”
3. HaditsTentangMetodePendidikan
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ
أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِيَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ
عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَقَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِكَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِبَيْنَ
الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِمَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّة
Artinya;
“Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna
dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah
dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam
keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah
kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini”[4]
4. Tafsir Al-Qur’an TentangMetodePendidikan
a. Tafsir Surah An-Nahl
(125) Dalam
ayat ini, Allah SWT memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak
manusia (dakwah) ke jalan Allah. Jalan Allah di sini maksudnya ialah agama
Allah yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT
meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya di kemudian hari
dalam mengemban tugas dakwah.
Pertama, Allah SWT menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah
ini adalah dakwah untuk agama Allah sebagai jalan untuk mencapa ridha-Nya,
bukan sebagai dakwah untuk pribadi dai (yang berdakwah) ataupun untuk golongan
dan kaumnya. Rasul SAW diperintahkan untuk membawa manusia ke jalan Allah dan
untuk agama Allah semata.
Kedua, Allah SWT menjelaskan kepada Rasul SAW agar berdakwah dengan
hikmah. Hikmah yaitu mengandung beberapa arti:
a.
Pengetahuan
tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan itu sesuatu dapat
diketahui keberadaannya.
b.
Perkataan
yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang
hak dan mana yang batil atau syubhat (meragukan).
c.
Mengetahui
hukum-hukum Al-Qur’an, paham Al-Qur’an, paham agama, takut kepada Allah, serta
benar perkataan dan perbuatan.
Arti hikmah
yang paling mendekati kebenaran ialah arti pertama yaitu pengetahuan tentang
rahasia dan faedah sesuatu, yakni pengetahuan itu memberi manfaat.
Dakwah dengan
hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia,
faedah, dan maksud dari wahyu Ilahi, dengan cara yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi, agar mudah dipahami umat.
Ketiga, Allah SWT menjelaskan kepada Rasul agar dakwah itu dijalankan
dengan pengajaran yang baik, lemah lembut, dan menyejukan, sehingga dapat
diterima dengan baik.
Tidak patut
jika pengajaran dan pengajian selalu menimbulkan rasa gelisah, cemas, dan
ketakutan dalam jiwa manusia. Orang yang melakukan perbuatan dosa karena
kebodohan atau ketidak tahuan, tidak wajar jika kesalahannya itu dipaparkan
secar terbuak di hadapan orang lain sehingga menyakitkan hati.
Khutbah atau
pengajian yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk
melembutkan hati yang liar dari pada khutbah dan pengajian yang isinya ancaman
dan kutukan-kutukan yang mengerikan.
Untuk
menghindari kebosanan dalam pengajiannya, Rasulullah menyisipkan dan mengolah
bahan pengajian yang menyenangkan dengan bahan yang menimbukan rasa takut.
Dengan demikian, tidak terjadi kebosanan yang disebabkan uraian pengajian yang
berisi perintah dan larangan tanpa memberikan bahan pengajian yang melapangkan
dada atau yang merangsang hati untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.
Keempat, Allah SWT menjelaskan bahwa bila terjadi perdebatan dengan kaum
musyrikin ataupun ahli kitab, hendaknya Rasul membantah mereka denga cara yang
baik.
Suatu contoh
perdebatan yang baik ialah perdebatan Nabi Ibrahim dengan kaumnya yang mengajak
mereka berpikir untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, sehingga menemukan
kebenaran.
Tidak baik
memancing lawan dalam berdebat dengan kata yang tajam, karena hal demikian
menimbulkan suasana yang panas. Perdebatan yang baik adalah perdebatan yang
dapat menghambat timbulnya sifat manusia yang negatif.
Kelima, akhir dari segala usaha dan perjuangan itu adalah iman kepada
Allah SWT, karena hanya Dialah yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia,
bukan orang lain ataupun dirinya sendiri. Dialah Tuhan yang Maha Mengetahui
siapa diantara hamba-Nya yang tidak dapat mempertahankan fitrah insaniahnya
(iman kepada Allah) dari pengaruh-pengaruh yang menyesatkan, dan siapa pula
diantara hamba yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga dia terbuka
menerima petunjuk (hidayah) Allah SWT.
b. Tafsir Surah Ibrahim
(24) Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini adalah perumpamaan
mengenai kata-kata yang mengandung ajara tauhid, seperti “Laa ilaaha
illallaah” atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan
mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai
pohon yang baik, akarnya teguh menghujam ke bumi. Akar bagi pohon memiliki dua fungsi
utama: (1) menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah dan (2) menopang
tegaknya pohon. Apabila akar tidak lagi mengambil unsur-unsur hara dari dalam
tanah maka lambat laun pohon akan mati. Sedangkan akar pohon yang berfungsi
baik akan dapat menyalurkan unsur-unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas
pohon dan pertumbuhan pohon akan berjalan dengan baik.
Agam Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri
menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi
orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab
sopan-santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata
yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
(25) Dalam ayat ini digambarkan bahwa pohon yang baik itu selalu
memberikan buahnya kepada setiap manusia, dengan seizin Tuhannya. Adapun proses
pertumbuhan tanaman diperlukan berbagai unsur hara yang cukup banyak macamnya.
Menurut jumlah yang diperlukannya, unsur hara ini dibedakan menjadi unsur hara
makro yang diperlukan dalam jumlah banyak, dan unsur hara mikro yang diperlukan
dalam jumlah sedikit, tetapi keberadaannya mutlak diperlukan. Untuk sampai pada
terjadinya buah, akar harus dapat memasok semua kebutuhan unsur hara ini dalm
jumlah yang cukup dan seimbang. Ada unsur hara yang apabila dipasok melebihi
kebutuhannya akan menjadi racun bagi tanaman (misalnya besi untuk tanaman
padi). Sebab itu, manusia yang mengambil manfaat dari pohon itu hendaklah
bersyukur kepada Allah karena hakikatnya ilmu pengetahuan yang telah
diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT.
Demikian pula halnya kata-kata baik yang kita ucapkan kepada orang
lain, misalnya dalam memberikan ilmu pengetahuan yang berguna, manfaatnya akan
didapat oleh orang banyak. Setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari
seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu
pengetahuan yang telah diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat
dari Allah SWT.
Ibu bapak dlam rumah tangga haruslah senantiasa menggunakan
kata-kata yang baik dan sopan, serta menjauhi kata-kata yang kotor dan kasar,
karena ucapan-ucapan itu akan ditiru oleh anak-anak mereka.
5.
Penjelasan
Hadits Tentang Metode Pendidikan
Perumpamaan dilakukan oleh Rasul
saw. Sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada
sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini
dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain,
mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang
digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat
dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada
yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi
sesuatu yang sangat jelas.
6. Kontekstualisasi Ayat dan Hadits
Tentang Metode Pendidikan
Allah memerintahkan kepada umat-Nya
agar berbuat baik, berkata baik, dan memberi pengajaran yang baik kepada
sesama. Untuk melaksanakan semua itu kita membutuhkan metode pendidikan sebagai
perantara memberi dan mengajarkan kebajikan kepada sesama manusia. Dengan
perantara metode pendidikan tersebut kita akan lebih mudah dalam menyampaikan
pengajaran yang baik kepada orang lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Metode
pendidikan adalah suatu cara atau langkah untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian manusia agar menjadi pribadi yang lebih baik.
2. Allah memerintahkan kepada manusia
agar memberi pelajaran dengan cara yang baik.
3. Allah menyuruh kita agar mengajak
manusia kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran.
4. Allah menganjurkan pada umatnya
untuk membiasakan diri berkata yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan
bermanfaat bagi orang lain.
5. Manusia hendaknya bersyukur atas
ilmu yang diperoleh dari guru, karena pada hakikatnya ilmu itu adalah karunia
dan rahmat dari Allah SWT.
6. Melalui metode perumpamaan dapat
membawa sesuatu yang abstrak menjadi sesuatu yang lebih jelas.
Agama RI, Departemen. 2010. Al-Qur’an
dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) Jilid V, Jakarta: Lentera Abadi.
Ihsan,Fuad.2010.Dasar-dasar
Kependidikan,Jakarta:RINEKA CIPTA
Jailani-putra.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar