Rabu, 30 Desember 2015

Metode Pendidikan



METODE PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang
Dalam bahasa Arab kata metode diungkapkan dalam berbagai kata. Seperti kata atthariqah, manhaj, dan alwashilah. Thariqah berarti jalan, manhaj berarti sistem, dan washilah berarti perantara. Dengan demikian kata yang paling dekat dengan metode adalah kata thariqah. Karena secara bahasa metode adalah suatu jalan untuk mencapai suatu tujuan.
Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan kebudayaan. Bagi kehidupan manusia, pendidikan sangat dibutuhkan untuk mencapai kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hidupnya.[1]
B.     RumusanMasalah
1.      Apa pengertian metode pendidikan?
2.      Apa ayat Al-Qur’an tentang metode pendidikan?
3.      Apa hadits tentang metode pendidikan?
4.      Bagaimana tafsir Al-Qur’an tentang metode pendidikan?
5.      Bagaimana penjelasan hadits tentang metode pendidikan?
6.      Bagaimana kontekstualisasi isi ayat dan hadits yang terkait?





BAB II
PEMBAHASAN
1.      PengertianMetodePendidikan
Metode adalah suatu cara atau langkah untuk menganalisa sesuatu. Metode diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran menuju tujuan pendidikan.[2]
Zuhairini, dkk. (1992:149) merumuskan bahwa pendidikan adalah suatu aktivitas untuk mengembanngkan seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Pendidikan bukan hanya bersifat formal saja, tetapi mencakup juga yang non formal. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, pendidikan adalah suatu aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadi rohani (pikir, rasa, karsa, dan budi nurani).[3]

2.      Ayat Al-Qur’an TentangMetodePendidikan
a)      Surah Al-Nahl : 125

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُبِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Artinya:
(125) Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

b)      Surah Ibrahim ayat 24-25
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ . تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

Artinya:
(24) Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit. (25) (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.
3.      HaditsTentangMetodePendidikan
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِيَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَعَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَقَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِكَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِبَيْنَ الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِمَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّة
Artinya;
“Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini”[4]

4.      Tafsir Al-Qur’an TentangMetodePendidikan
a.       Tafsir Surah An-Nahl
(125) Dalam ayat ini, Allah SWT memberikan pedoman kepada Rasul-Nya tentang cara mengajak manusia (dakwah) ke jalan Allah. Jalan Allah di sini maksudnya ialah agama Allah yakni syariat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT meletakkan dasar-dasar dakwah untuk pegangan bagi umatnya di kemudian hari dalam mengemban tugas dakwah.
Pertama, Allah SWT menjelaskan kepada Rasul-Nya bahwa sesungguhnya dakwah ini adalah dakwah untuk agama Allah sebagai jalan untuk mencapa ridha-Nya, bukan sebagai dakwah untuk pribadi dai (yang berdakwah) ataupun untuk golongan dan kaumnya. Rasul SAW diperintahkan untuk membawa manusia ke jalan Allah dan untuk agama Allah semata.
Kedua, Allah SWT menjelaskan kepada Rasul SAW agar berdakwah dengan hikmah. Hikmah yaitu mengandung beberapa arti:
a.       Pengetahuan tentang rahasia dan faedah segala sesuatu. Dengan pengetahuan itu sesuatu dapat diketahui keberadaannya.
b.      Perkataan yang tepat dan benar yang menjadi dalil (argumen) untuk menjelaskan mana yang hak dan mana yang batil atau syubhat (meragukan).
c.       Mengetahui hukum-hukum Al-Qur’an, paham Al-Qur’an, paham agama, takut kepada Allah, serta benar perkataan dan perbuatan.
Arti hikmah yang paling mendekati kebenaran ialah arti pertama yaitu pengetahuan tentang rahasia dan faedah sesuatu, yakni pengetahuan itu memberi manfaat.
Dakwah dengan hikmah adalah dakwah dengan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan rahasia, faedah, dan maksud dari wahyu Ilahi, dengan cara yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, agar mudah dipahami umat.
Ketiga, Allah SWT menjelaskan kepada Rasul agar dakwah itu dijalankan dengan pengajaran yang baik, lemah lembut, dan menyejukan, sehingga dapat diterima dengan baik.
Tidak patut jika pengajaran dan pengajian selalu menimbulkan rasa gelisah, cemas, dan ketakutan dalam jiwa manusia. Orang yang melakukan perbuatan dosa karena kebodohan atau ketidak tahuan, tidak wajar jika kesalahannya itu dipaparkan secar terbuak di hadapan orang lain sehingga menyakitkan hati.
Khutbah atau pengajian yang disampaikan dengan bahasa yang lemah lembut, sangat baik untuk melembutkan hati yang liar dari pada khutbah dan pengajian yang isinya ancaman dan kutukan-kutukan yang mengerikan.
Untuk menghindari kebosanan dalam pengajiannya, Rasulullah menyisipkan dan mengolah bahan pengajian yang menyenangkan dengan bahan yang menimbukan rasa takut. Dengan demikian, tidak terjadi kebosanan yang disebabkan uraian pengajian yang berisi perintah dan larangan tanpa memberikan bahan pengajian yang melapangkan dada atau yang merangsang hati untuk melakukan ketaatan dan menjauhi larangan.
Keempat, Allah SWT menjelaskan bahwa bila terjadi perdebatan dengan kaum musyrikin ataupun ahli kitab, hendaknya Rasul membantah mereka denga cara yang baik.
Suatu contoh perdebatan yang baik ialah perdebatan Nabi Ibrahim dengan kaumnya yang mengajak mereka berpikir untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, sehingga menemukan kebenaran.
Tidak baik memancing lawan dalam berdebat dengan kata yang tajam, karena hal demikian menimbulkan suasana yang panas. Perdebatan yang baik adalah perdebatan yang dapat menghambat timbulnya sifat manusia yang negatif.
Kelima, akhir dari segala usaha dan perjuangan itu adalah iman kepada Allah SWT, karena hanya Dialah yang menganugerahkan iman kepada jiwa manusia, bukan orang lain ataupun dirinya sendiri. Dialah Tuhan yang Maha Mengetahui siapa diantara hamba-Nya yang tidak dapat mempertahankan fitrah insaniahnya (iman kepada Allah) dari pengaruh-pengaruh yang menyesatkan, dan siapa pula diantara hamba yang fitrah insaniahnya tetap terpelihara sehingga dia terbuka menerima petunjuk (hidayah) Allah SWT.
b.      Tafsir Surah Ibrahim
(24) Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini adalah perumpamaan mengenai kata-kata yang mengandung ajara tauhid, seperti “Laa ilaaha illallaah” atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghujam ke bumi. Akar bagi pohon memiliki dua fungsi utama: (1) menghisap air dan unsur hara dari dalam tanah dan (2) menopang tegaknya pohon. Apabila akar tidak lagi mengambil unsur-unsur hara dari dalam tanah maka lambat laun pohon akan mati. Sedangkan akar pohon yang berfungsi baik akan dapat menyalurkan unsur-unsur hara dari dalam tanah ke bagian atas pohon dan pertumbuhan pohon akan berjalan dengan baik.
Agam Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab sopan-santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
(25) Dalam ayat ini digambarkan bahwa pohon yang baik itu selalu memberikan buahnya kepada setiap manusia, dengan seizin Tuhannya. Adapun proses pertumbuhan tanaman diperlukan berbagai unsur hara yang cukup banyak macamnya. Menurut jumlah yang diperlukannya, unsur hara ini dibedakan menjadi unsur hara makro yang diperlukan dalam jumlah banyak, dan unsur hara mikro yang diperlukan dalam jumlah sedikit, tetapi keberadaannya mutlak diperlukan. Untuk sampai pada terjadinya buah, akar harus dapat memasok semua kebutuhan unsur hara ini dalm jumlah yang cukup dan seimbang. Ada unsur hara yang apabila dipasok melebihi kebutuhannya akan menjadi racun bagi tanaman (misalnya besi untuk tanaman padi). Sebab itu, manusia yang mengambil manfaat dari pohon itu hendaklah bersyukur kepada Allah karena hakikatnya ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT.
Demikian pula halnya kata-kata baik yang kita ucapkan kepada orang lain, misalnya dalam memberikan ilmu pengetahuan yang berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak. Setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu pengetahuan yang telah diperolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT.
Ibu bapak dlam rumah tangga haruslah senantiasa menggunakan kata-kata yang baik dan sopan, serta menjauhi kata-kata yang kotor dan kasar, karena ucapan-ucapan itu akan ditiru oleh anak-anak mereka.



5.      Penjelasan Hadits Tentang Metode Pendidikan
Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. Sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.

6.      Kontekstualisasi Ayat dan Hadits Tentang Metode Pendidikan
Allah memerintahkan kepada umat-Nya agar berbuat baik, berkata baik, dan memberi pengajaran yang baik kepada sesama. Untuk melaksanakan semua itu kita membutuhkan metode pendidikan sebagai perantara memberi dan mengajarkan kebajikan kepada sesama manusia. Dengan perantara metode pendidikan tersebut kita akan lebih mudah dalam menyampaikan pengajaran yang baik kepada orang lain.













BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Metode pendidikan adalah suatu cara atau langkah untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia agar menjadi pribadi yang lebih baik.
2.      Allah memerintahkan kepada manusia agar memberi pelajaran dengan cara yang baik.
3.      Allah menyuruh kita agar mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran.
4.      Allah menganjurkan pada umatnya untuk membiasakan diri berkata yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain.
5.      Manusia hendaknya bersyukur atas ilmu yang diperoleh dari guru, karena pada hakikatnya ilmu itu adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT.
6.      Melalui metode perumpamaan dapat membawa sesuatu yang abstrak menjadi sesuatu yang lebih jelas.
















DAFTAR PUSTAKA

Agama RI, Departemen. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) Jilid V, Jakarta: Lentera Abadi.
Ihsan,Fuad.2010.Dasar-dasar Kependidikan,Jakarta:RINEKA CIPTA
Jailani-putra.blogspot.co.id


[1]Drs.H.FuadIhsan, Dasar-dasarKependidikan, (Jakarta,PT.RINEKA CIPTA, 2010) cet.6, hal 1-2

[2]Windy Novia, KamusIlmiah Popular, (wipress, 2008), cet. 1,  hal. 448

[3]Ibid, hal. 4-5
[4]Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi An Naisabūri, op. Cit, juz 4, hal.2146

Tidak ada komentar:

Posting Komentar