Selasa, 11 Oktober 2016

Makalah Model-model Evaluasi Program



MODEL-MODEL EVALUASI PROGRAM
Makalah
Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah: Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Drs. H. Shodiq Abdullah, M. Ag.

Disusun Oleh:
Romdonah                   : 1403036073
Fiki Maulana               : 1403036095

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
 SEMARANG
2016


I.          PENDAHULUAN
Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang merealisasi atau mengimplementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan. Evaluasi program bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Evaluasi  sama artinya dengan kegiatan supervisi. Kegiatan evaluasi/supervisi dimaksudkan untuk mengambil keputusan atau melakukan tindak lanjut dari program yang telah dilaksanakan. Manfaat dari evaluasi program dapat berupa penghentian program, merevisi program, melanjutkan program, dan menyebarluaskan program
Dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu hal sebagai hasil pelaksanaan program setelah data terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu. Dalam evaluasi program, pelaksana (evaluator) ingin mengatahui tingkat ketercapaian program, dan apabila tujuan belum tercapai pelaksana (evaluator) ingin mengetahui letak kekurangan dan sebabnya. Hasilnya digunakan untuk menentukan tindak lanjut atau keputusan yang akan diambil. Dalam kegiatan evaluasi program, indikator merupakan petunjuk untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan suatu kegiatan.
Evaluator program harus orang-orang yang memiliki kompetensi, di antaranya mampu melaksanakan, cermat, objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab. Evaluator dapat berasal dari kalangan internal (evaluator dan pelaksana program) dan kalangan eksternal (orang di luar pelaksana program tetapi orang yang terkait dengan kebijakan dan implementasi program). Model evaluasi merupakan suatu desain yang dibuat oleh para ahli atau pakar evaluasi. Dalam melakukan evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Biasanya model evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang diharapkan.

II.       RUMUSAN MASALAH
a.         Apa pengertian model evaluasi program?
b.         Apa saja model-model evaluasi program?

III.    PEMBAHASAN
A.       Pengertian Evaluasi Model Program
Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa Inggris). Kata tersebut diserap kedalam pembendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata asliya dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi”.
Menurut Suchman dan Worthen serta Sandhes evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Stufflebeam evaluasi adalah proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.
Dari beberapa pendapat da[at disimpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif  yang tepat dalam pengambilan keputusan.
Sedangkan pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara secara umum, program dapat diartikan sebagai “rencana”.
Setelah dijabarkan tentang pengertian evaluasi dan program dapat disimpulkan bahwa evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan.[1]
Model evaluasi merupakan desain atau rancangan evaluasi yang dikembangkan ahli evaluasi ataupun evaluator dalam melaksanakan suatu program. Dalam ilmu evaluasi program pendidikan ada banyak model yang bisa digunakan unuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan lainnya berbeda, namun maksudnya sama yaitu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi yang berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya untuk menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.[2]



B.       Model-model Evaluasi Program
1.         Evaluasi Model Kickpatrick
Model evaluasi yang dikembangkan oleh Kickpatrick telah mengalami beberapa penyempurnaan, terakhir diperbarui pada 1998 dalam bukunya Kickpatrick yang disebut dengan”Evaluating Training Programs : The four Levels”. Kickpatrick four levels evaluation model sekarang menjadi rujukan dan standar bagi berbagai perusahaan besar dalam program training bagi pengembang sumberdaya manusia seperti Kemper National Insurance Compaines, Motorola Corporation, Intel Corporation, Midwest Electric, InArthur Andersen and Company dan sebagainya model evaluasi yang dikembangkan oleh Kickpatrick dikenal dengan Evaluating Training Programs: The Four Levels atau Kickpatrick evaluation model. Evaluasi terhadap program training mencakup empat level evaluasi yaitu: reaction, learning, behavior, result.
a.         Evaluasi Reaksi
Evaluasi terhadap reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta. Program training dianggap efektif apabila proses training dirasa menyenangkan dan memuaskan bagi peserta training sehingga mereka tertarik dan termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain pesrta training akan termotivasi apabila proses training berjalan secara memuaskan bagi peserta training  yang pada akhirnya akan memunculkan reaksi dari peserta yang menyenangkan. Sebaliknya apabila peserta tidak merasa puas terhadap proses training yang diikutinya maka mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti training lebih lanjut. Menurut Center Partner dalam artikelnya yang berjudul Implementing the Kickpatrick Evaluation Model Plus mengatakan “ Bahwa keberhasilan training tidak terlepas dari minat, perhatian, dan motivasi peserta training dalam mengikuti jalannya kegiatan training. Orang akan belajar lebih baik manakala mereka memberi reaksi positif terhadap lingkungan belajar.
Kepuasan peserta training dapat dikaji dari beberapa aspek, yaitu materi yang diberikan, fasilitas yang tersedia, strategi penyampaian materi yang digunakan oleh instruktur, media pembelajaran yang tersedia, jadwal kegiatan sampai menu dan penyajian konsumsi yang disediakan. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction sheet dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih efektif.
Dalam menyusun instrumen untuk mengukur reaksi tranee Kickpatrick (1998:26) menyampaikan prinsip “The ideal form provide the maximum amount of information and requires the minimum amount of time”. Dengan demikian instrumen yang disusun diharapkan mampu mengungkap informasi sebanyak mungkin, tetapi dalam pengisian instrumen tersebut diharapkan membutuhkan waktu yang sedikit mungkin. Sedangkan mengenai jumlah item dalam instrumen Center Partners merekomendasikan “ Include no more than 15-25 question, designed to obtain both qualitative abd quantitative data”. Dengan jumlah 25 pertanyaan maupun pernyataan kiranya cukup untuk mengungkap informasi yang dibutuhkan terkait dengan reaksi trainee dengan waktu pengisian yang tidak terlalu lama. Karena evaluasi pada level 1 ini difokuskan pada reaksi peserta yang terjadi pada saat kegiatan training dilakukan, maka evaluasi pada level ini dapat disebut sebagai evaluasi terhadap proses training.[3]
b.         Learning Evaluation
Menurut Kickpatrick learning can be defined as the extend to wich participant change attitudes, improving knowledge, and or increase skill as a result of attending the program. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan sikap, perbaikan pengetahuan, dan atau kenaikan ketrampilan peserta setelah selesai mengikuti program. Peserta training dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, peningkatan pengetahuan, maupun peningkatan ketrampilan. Oleh karena itu, untuk mengukur efektivitas program training maka ketiga aspek tersebut perlu untuk diukur. Mengukur hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan dengan mengukur reaksi.
c.         Behavior Evaluation
Evaluasi perilaku ini berbeda dengan evaluasi terhadap sikap. Penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku sebelum dan setelah mengikuti training maupun dengan mengadakan survei dan atau interview dengan pelatih, atasan maupun bawahan peserta training setelah kembali ke tempat kerja.
d.        Result Evaluation
Evaluasi hasil level ke-4 ini difokuskan pada hasil akhir yang terjadi karena peserta telah mengikuti program. Termasuk dalam hasil akhir dari suatu program training diantaranya adalah kenaikan produksi, peningkatan kualitas, penurunan biaya, penurunan kuantitas terjadinya kecelakaan kerja, penurunan turnover dan kenaikan keuntungan. Evaluasi hasil akhir ini dapat dilakukan dengan membandigkan kelompok kontrol kelompok peserta training, mengukur kinerja sebelum dan setelah melakukan training, dll.[4]
2.         Model Evaluasi Stufflebeam
Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Konsep evaluasi model CIPP pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada 1965 sebagai hasil usahanya mengevaluasi ESEA ( the Elementary and Secondary Education Act). Konsep tersebut ditawarkan dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki.
Stufflebeam membagi evaluasi ini menjadi empat:
a.          Contect evaluation. Kontek evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program.[5] Evaluasi kontek dilakukan untuk menjawa pertanyaan.
b.         Input evaluation. Evaluasi ini menolong mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan, bagaimana prosedur kerja untuk mecapainya.
c.         Process evaluation. Evaluasi proses digunakan untuk tiga tujuan yaitu: mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan impelemntasu selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau rsip prosedur yang telah terjadi.
d.        Product Evaluation. Dari hasil evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir maupun modifikasi program.
3.      Evaluasi Model Brinkerhoff
Brinkerhoff dan Cs (1983) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun berdasar penggabungan elemen-elemen dalam komposisi dan versi sebagai berikut :

1). Fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain evaluasi yang tetap (fixed) ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan. Desain dikembangkan berdasarkan tujuan program disertai seperangkat pertanyaan yang akan dijawab dengan informasi yang akan diperoleh dari sumber-sumber tertentu. Rencana analisis dibuat sebelumnya dimana si pemakai akan menerima informasi seperti yang telah ditentukan dalam tujuan. Walaupun desain fixed ini lebih terstruktur dari pada desain emergent, desain fixed juga dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang mungkin berubah. Kebanyakan evaluasi formal yang dibuat secara individu dibuat berdasarkan desain fixed, karena tujuan program telah ditentukan dengan jelas sebelumnya, dibiayai dan melalui usulan atau proposal evaluasi.
2). Formative vs Sumatife Evaluation
Evaluasi forrmatif digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki program. Evaluasi formatif dilaksanakan pada saat implementasi program sedang berjalan. Focus evaluasi berkisar pada kebutuhan yang dirumuskan oleh karyawan atau orang-orang program. Evaluator sering merupakan bagian dari pada program dan kerja sama dengan orang-orang program. Strategi pengumpulan informasi mungkin juga dipakai, tetapi penekanan pada usaha  memberikan informasi yang berguna secepatnya bagi perbaikan program.
3). Experimental and Quasi Experimental Design vs Naural/ Unotrusive
Beberapa evaluasi memakai metodologi penelitian klasik. Dalam hal seperti ini subjek penelitian diacak, perlakuan diberikan dan pengukuran dampak dilakukan. Tujuan dari penelitian untuk menilai manfaat suatu program yang dicobakan. Apabila siswa atau program dipilih secara acak, maka generalisasi dibuat pada populasi yang agak lebih luas dalam beberapa hal intervensi tidak mungkin dilakukan atau tidak dikehendaki, apabila proses sudah diperbaiki, evaluator harus melihat dokumen-dokumen, seperti mempelajari nilai tes atau menganalisis penelitian yang dilakukan dan sebagainya. Strategi  pengumpulan data terutama menggunakan instrument formal seperti tes, survey, kuesioner serta memakai metode penelitian yang standar.[6]
4.         Evaluasi Model Profus (Discrepancy Model)
Kata discrepancy adalah istilah Bahasa inggris, yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “kesenjangan”. Model ini yang dikembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan model evaluasi yang berangkat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, evaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi (standard) dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan (discrepancy) antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan dengan kinerja sesungguhnya (Madaus,1993:79-99; Kauman,1980:127-128). Model evaluasi Provus yang bertujuan untuk menganalisis suatu program sehingga dapat ditentukan apakah suatu pogram layak diteruskan, ditingkatkan atau sebaiknya dihentikan mementingkan terdefinisikannya standard, performance, dan discrepancy secara rinci dan terukur. Evaluasi program yang dilaksanakan oleh evaluator mengukur besarnya kesenjangan yang ada di setiap komponen program. Dengan terjabarkannya kesenjangan di setiap komponen program maka langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan.[7]
5.         Evaluasi Model Stake (Countenance Model)
Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu description dan jugement dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu antecedent (context), transaction (process) dan outcomes. Stake mengatakan bahwa apabila kita menilai suatu program pendidikan, kita melakukan perbandingan yang relative antara program dengan program lain, atau perbandingan yang absolute yaitu membandingkan suatu program dengan standar tertentu.
Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini adalah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang di evaluasi. Stake mengatakan bahwa description di satu pihak berbeda dengan judgement di lain pihak. Dalam  model ini antecendent (masukan) transaction (proses) dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan antara tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang absolute untuk menilai manfaat program.
6.         Model Beebe
Beebe menyajikan model evaluasi atas pelatihan yang dilakukan dalam suatu program dengan menggunakan model roda. Model evaluasi ini berbentuk roda karena menggambarkan usaha evaluasi yang berkaitan dan berkelanjutan dan satu proses ke proses selanjutnya. Model ini digunakan untuk mengetahui apakah pelatihan yang dilakukan telah berhasil, untuk itu diperlukan suatu alat untuk mengevaluasinya.
Secara singkat, model wheel ini mempunyai tiga tahap utama. Model tiga tahap yang berbentuk roda contohnya adalah model evaluasi berkesinambungan : 1) pembentukan tujuan pembelajaran 2) pengukuran outcome pembelajaran, dan 3) penginterpretasian hasil pengukuran dan penilaian.




IV.    KESIMPULAN
Model evaluasi merupakan desain atau rancangan evaluasi yang dikembangkan ahli evaluasi ataupun evaluator dalam melaksanakan suatu program
Model-model Evaluasi Program
1.      Evaluasi Model Kickpatrick
a.       Evaluasi Reaksi
Evaluasi terhadap reaksi peserta training berarti mengukur kepuasan peserta.
b.      Learning Evaluation
c.       Behavior Evaluation
e.         Result Evaluation
2.      Model Evaluasi Stufflebeam
Stufflebeam membagi evaluasi ini menjadi empat:
a.       Contect evaluation.
b.      Input evaluation
c.         Process evaluation
d.        Product Evaluation
3.         Evaluasi Model Brinkerhoff
Brinkerhoff dan Cs (1983) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun berdasar penggabungan elemen-elemen dalam komposisi dan versi sebagai berikut :

a.       Fixed vs Emergent Evaluation Design
b.       Formative vs Sumatife Evaluation
c.       Experimental and Quasi Experimental Design vs Naural/ Unotrusive
4.         Evaluasi Model Profus (Discrepancy Model)
Model evaluasi Provus yang bertujuan untuk menganalisis suatu program sehingga dapat ditentukan apakah suatu pogram layak diteruskan, ditingkatkan atau sebaiknya dihentikan mementingkan terdefinisikannya standard, performance, dan discrepancy secara rinci dan terukur.
5.         Evaluasi Model Stake (Countenance Model)
Stake menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu description dan jugement dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu antecedent (context), transaction (process) dan outcomes.
6.      Model Beebe
Beebe menyajikan model evaluasi atas pelatihan yang dilakukan dalam suatu program dengan menggunakan model roda.

V.       PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan dari para pembaca, guna memotivasi kami untuk menjadi lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Shodiq.  Evaluasi Pembelajaran. Semarang : PUSTAKA RIZKI PUTRA. 2012
Arikunto Suharsimi. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2008
Tayibnapis  Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta : PT RINEKA CIPTA. 2008
Widyoko Eko Putro. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR. 2011












[1] Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008) hlm. 1-5.
[2] Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran, (Semarang : PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2012), hlm. 153
[3] Eko Putro Widyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR, 2011), hlm. 173-174
[4] Shodiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran, (Semarang : PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2012), hlm.156-158
[5] Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta : PT RINEKA CIPTA, 2008) hlm. 14
[6] Shidiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012) hal. 165-166

[7] Shidiq Abdullah, Evaluasi Pembelajaran, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2012) hal. 164