Selasa, 11 Oktober 2016

Contoh Laporan KKL Jurusan MPI



LAPORAN
KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)
PONDOK PESANTREN AGRIBISNIS PACIRAN LAMONGAN
DAN
KANTOR MAJELIS ULAMA INDONESIA BADUNG BALI
Disusun Oleh:

Romdonah                   : 1403036073

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
 SEMARANG
2016



KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat dan ridha-Nya yang telah diberikan, sehingga kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini hingga menyusun laporan Kuliah Kerja Lapangan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu yang telah ditentukan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dan selalu memotivasi serta memberi semangat pada penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Melalui pengantar ini penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari semua pihak yang telah bersedia membantu dalam pelaksanaan kegiatan KKL ini. Atas dukungan dan motivasi yang diberikan baik secara spiritual maupun moral. Sehubungan dengan itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1.    Dr. Fahrurrozi, M.Ag. selaku ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam UIN Walisongo Semarang.
2.    Drs. Fatkhuroji, M. Pd. Selaku sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan Islam UIN Walisongo Semarang.
3.    Drs. H. Saifudin Zuhri, M. Ag. Selaku Dewan Pembimbing Lapangan
4.    Para dosen  Jurusan Manajemen Pendidkan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang  yang telah membimbing dan mendampingi selama masa KKL.
5.    Orang tua serta keluarga yang senantiasa memberikan doa dan  dukungannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan KKL ini.
6.    Teman-teman Jurusan Manajemen Pendidikan Islam yang telah berbagi suka dan duka selama perjalanan.
7.    Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan dan kemudahan dan semangaat dalam proses penyelesaian laporan KKl ini.

Semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini memberi manfaat bagi Masyarakat pada umumnya dan pembaca pada khususnya.

                                                                                    Semarang, 1 Oktober 2016

                                                                                                Romdonah
                                                           
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar.......................................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
A.   Latar Belakang..............................................................................................................3
B.   Rumusan Masalah.........................................................................................................3
C.   Tujuan dan Manfaat......................................................................................................3
BAB II KERANGKA TEORI.................................................................................................5
A.   Manajemen Strategis....................................................................................................5
B.   Pendidikan Kewirausahaan / Agribisnis.......................................................................7
C.   Manajemen Perkantoran...............................................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................10
A.   Jenis Penelitian.............................................................................................................10
B.   Waktu dan Tempat Penelitian.......................................................................................11
C.   Teknik Pengumpulan Data............................................................................................11
D.   Teknik Analisis Data...................................................................................................10
BAB IV LAPORAN KEGIATAN DAN PEMBAHASAN..................................................11
A.   Laporan Kegiatan........................................................................................................12
B.   Pembahasan.................................................................................................................13
BAB V KESIMPULAN........................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
Pemberian kuliah bagi para mahasiswa tidak hanya dalam bentuk materi semata dan dalam lingkup kampus, tetapi juga perlu adanya kegiatan yang mengajak para mahasiswa terjun langsung dalam segala bidang yang sesuai dengan disiplin studi yang tengah ditempuh. Selain sebagai upaya peningkatan kompetensi mahasiswa, kegiatan tersebut juga sebagai kegiatan untuk merefresh fikiran, sehingga mahasiswa tidak merasa tertekan dalam mengikuti kegiatan perkuliahan. Kegiatan tersebut sering disebut dengan istilah Kuliah Kerja Lapangan (KKL).
Kuliah kerja lapangan (KKL) Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang,
 merupakan agenda rutinan yang di ikuti oleh seluruh mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan Islam setiap semester V (lima) dan mahasiswa yang belum mengikuti kegitan KKL.
Tujuan Lamongan – Bali dipilih oleh program studi Manajemen Pendidikan Islam dengan pertimbangan karena di kedua tempat tersebut banyak objek sasaran yang sekiranya memang cocok dengan program studi maupun keahlian khusus. Sesuai dengan mata kuliah Manajemen Strategis, Manajemen Perkantoran, dan Manajemen Kewirausahaan/Agribisnis.
Kegiatan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) memiliki tujuan  untuk memberikan pengalaman langsung pada mahasiswa mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jurusan atau program studi.

B.            RUMUSAN MASALAH
1.        Bagaimana strategi pengembangan pendidikan agribisnis di Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan?
2.        Bagaimana strategi pengelolaan lembaga Majelis Ulama Indonesia di Bali?

C.           TUJUAN DAN MANFAAT
Kuliah Kerja Lapangan ini bertujuan memberi bekal keterampilam dan pengetahuan bagi para mahasiswa, berkenaan dengan konsep dan teori yang ada dilapangan sebelum terjun langsung dalam dunia kerja yang sebenarnya, sehingga dapat meningkatkan potensi para mahasiswanya untuk mampu bersaing dalam dunia kerja. Adapun  tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan KKL ini, antara lain:
1.    Mengembangkan wawasan dan pengetahuan secara langsung tentang dunia kerja yang sebenarnya.
2.    Mengembangkan teori dan kemampuan yang telah didapat penulis selama perkuliahan.
3.    Menambah pengetahuan penulis tentang strategi pengembangan pendidikan agribisnis di Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan dan strategi pengelolaan lembaga Majelis Ulama Indonesia di Bali.
4.    Mengembangkan dan membentuk karakter mahasiswa yang mengedepankan aspek kebersamaan dalam bersosialisasi.

Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam pelaksanaan KKL ini, antara lain:
1.      Memperdalam ilmu pengetahuan penulis tentang bidang  pengetahuan yang dalam hal ini adalah pengetahuan mengenai strategi  pengembangan pendidikan agribisnis di Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan dan strategi pengelolaan lembaga Majelis Ulama Indonesia di Bali.
2.      Mempunyai pengalaman dan keterampilan yang baik yang didapatnya saat melaksanakan KKL.
3.      Menjalin hubungan kerjasama yang baik antara UIN Walisongo Semarang khususnya Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan dan Kantor Majelis Ulama Indonesia Bali.
4.      Dengan melaksanakan kuliah kerja lapangan, diharapkan dapat menghasilkan lulusan universitas yang berkualitas dan professional.












BAB II
KERANGKA TEORI
A.    Manajemen Strategis
Manajemen strategis adalah seni atau keterampilan, teknik, dan ilmu dalam merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi serta mengawasi berbagai keputusan-keputusan fungsional sebuah organisasi yang selalu terpengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal dengan kondisi yang selalu berubah sehingga bisa memberi kemampuan pada organisasi dalam pencapaian sasaran atau tujuan yang sudah ditetapkan.
Manajemen strategis berfokus pada proses penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk mencapai sasaran, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis untuk mencapai tujuan organisasi.  
Manajemen strategis berbicara tentang sebuah gambaran besar. Inti dari manajemen strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara efektif untuk memenuhi tujuan strategis yang telah ditetapkan. Manajemen strategis disaat ini harus memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali dikunjungi. Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi. Seiring dengan adanya informasi baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi.
Dengan demikian, kebijakan bisnis lebih menekankan pada perumusan arahan umum yang dapat digunakan untuk pencapaian misi dan tujuan perusahaan dengan lebih baik. Manajemen strategis sebagai suatu bidang ilmu menggabungkan kebijakan bisnis dengan lingkungan dan tekanan strategis.[1]
Proses dalam manajemen strategi meliputi beberapa tahapan, yaitu: Pengamatan Lingkungan, Perumusan Strategi, Implementasi Strategi, Evaluasi Strategi.
1. Perumusan strategi Perumusan manajemen strategi organisasi bisa meliputi pengembangan misi usaha, mengidentifikasikan sebuah peluang dan ancaman dari eksternal, mengukur serta menetapkan kelemahan maupun kekuatan internal perusahaan, menetapkan sasaran jangka panjang, menimbang alternatif lain, dan memilih strategi khusus yang akan diterapkan pada kasus kasus tertentu. Cakupan perumusan strategi meliputi obyek baru yang akan dikerjakan, obyek usaha yang akan ditingggalkan, mengalokasikan sumber daya baik itu finansial ataupun non finansial, memutuskan apakah dibutuhkan sebuah pengembangan aktivitas ataukah diversifikasi produk, memutuskan pasar domestik atau internasional. Karena tidak ada organisasi yang memiliki sumber daya yang tak terbatas, maka sebuah strategi harus berani untuk memutuskan suatu strategi alternatif yang bisa memberikan dampak yang positif yang terbaik supaya memberi keuntungan yang maksimal bagi organisasi. Sebuah strategi harusnya memberi keunggulan komparatif dan pada akhirnya bisa memberikan keunggulan yang kompetitif dalam jangka panjang, hal itu haruslah menjadi penting bagi manajemen strategi.
2. Implementasi strategi
Sering disebut juga tahapan dari aktivitas manajemen strategi. Dalam tahap mengimplementasikan strategi ini perusahaan menetapkan tujuan atau sasaran perusahaan tahunan, menyusun kebijakan, memotivasi para karyawan dan mengalokasikan sumber daya agar strategi yang telah disusun bisa dijalankan. Implementasi strategi ini meliputi budaya yang mendukung pengembangan perusahaan, menyiapkan anggaran, memanfaatkan system informasi, memotivasi sumber daya manusia supaya mau menjalankan dan bekerja sebaik mungkin. Implementasi strategi membutuhkan disiplin dan kinerja yang tinggi serta imbalan jasa yang mencukupi.
3. Evaluasi strategi
Evaluasi atau Pengawasan strategi adalah tahap akhir didalam proses manajemen strategi. seluruh strategi adalah subyek moditifikasi di masa mendatang, sebab berbagai faktor baik eksternal maupun internal akan terus mengalami sebuah perubahan. Evaluasi Strategi meliputi beberapa hal: a. Mereview faktor faktor ekternal dan internal yang merupakan dasar bagi setiap strategi yang sedang dijalankan b. Mengukur kinerja yang sudah dijalankan c. Mengambil sebuah tindakan perbaikan apabila terjadi ketidak sesuaian Evaluasi strategi ini sangat dibutuhkan bagi organisasi karena suatu kesuksesan usaha yang diraih saat ini bukan menjadi keberhasilan dimasa mendatang. Bahkan sering kali kesuksesan usaha pada masa sekarang bisa memunculkan persoalan yang baru dan berbeda. Demikian juga bila mengalami kegagalan, maka persoalan yang baru muncul dan harus dihadapi supaya bisa menghidupkan kembali aktivitas bisnis yang telah gagal.

 B. Pendidikan Agribisnis
Agribisnis (Sosial Ekonomi Pertanian), kata Agribisnis merupakan kata serapan dari bahasa inggris yaitu Agribusiness. Dimana Agriculture adalah pertanian dan business adalah bisnis. Dari sini sudah bisa kita ketahui secara sederhana bahwa agribisnis itu adalah bisnis hasil pertanian. Secara lebih komplek Agribisnis adalah bisnis atau manajemen yang sorotan utama atau basis usahanya dibidang pertanian dan seluruh hal yang mendukung nya, baik disektor hulu sampai hilir yang mengacu pada proses input, proses pengolahan dan output.
Pendidikan Kewirausahaan adalah usaha terencana dan aplikatif untuk meningkatkan pengetahuan, intensi/niat dan kompetensi peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya dengan diwujudkan dalam prilaku kreatif, inovatif dan berani mengelola resiko. Pendidikan kewirausahaan merupakan kajian internasional terkini dan terus di teliti dan di kembangkan secara dinamis diseluruh belahan dunia. Pendidikan kewirausahan di lakukan mulai dari Universitas, Sekolah Menengah, hingga Sekolah dasar. Maraknya pendidikan kewirausahaan di seluruh dunia ini tidak lain karena semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya karakter kewirausahaan pada generasi muda (kreatif, inovatif dan berani mengelola resiko) dan pentingnnya kedudukan seorang entrepreneur pada suatu motor pergerakan perekonomian suatu negara.
Adapun Entrepreneurship atau kewirausahaan, menurut Kuratko dan Hodgetts sebagaimana dikutip oleh Manurung dalam bukunya Muh Yunus, mengatakan bahwa entrepreneur (wirausahawan), berasal dari bahasa Perancis entreprende yang berarti mengambil pekerjaan (to undertake). Konsep mengenai Entrepreneur adalah: The Entrepreneur is one who undertakes to organize, manage, and assume the risk of business. [2]
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil:
1.               Memiliki visi dan misi yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak kemana langkah dan arah yang dituju.
2.               Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar dimaana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi.
3.               Berorientasi pada prestasi. Selalu mengejar prestasi yang lebih daripada prestasi sebelumnya.
4.               Berani mengambil resiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun.
5.               Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, dimana ada peluang disitu dia datang.
6.               Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankan.
7.               Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus didapati.
8.               Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung maupun tidak.[3]
C. Manajemen Perkantoran
Manajemen perkantoran ad
alah suatu kegiatan pengelolaan data dan informasi yang dilakukan secara teratur, sistematik dan terus menerus, mengikuti kegiatan organisasi dengan tujuan mencapai keberhasilan tugas organisasi yang bersangkutan. Pekerjaan kantor atau tata usaha, sering disebut dengan istilah office work atau clericalwork. Yang harus diadakan penataan agar pekerjaan tersebut berjalan dengan baik. Penataan atau pengelolaan terhadap pekerjaan kantor itu disebut manajemen perkantoran.
Pengertian kantor dalam arti proses, ini yang biasa disebut dalam arti dinamis, dan kantor yang biasa disebut sebagai sarana atau pengertian kantor secara fungsional. Apapun makna kantor, sasaran utama dari kegiatan perkantoran adalah penggunaan data dan informasi.[4]
 Manajemen perkantoran dapat dikatakan sebagai kekuatan yang tidak terlihat (tidak terwujud) yang merencanakan, mengorganisasi dan mengkoordinasikan manusia, uang, metode, material, mesin-mesin, dan pasar dalam pekerjaan kantor serta mengarahkan dan megawasinya sesuai dengan tujuan pembinaan, serta tujuan organisasi tercapai. Aktivitas manajemen kantor sangat luas dan antara berbagai bentuk badan usaha tidak sama. Hal ini dipengaruhi oleh luasnya tujuan dari masing-masing badan usaha. Semakin luas tujuan yang akan dicapai, semakin luas pula aktivitas manajemen perkantorannya, disamping dipengaruhi oleh faktor luasnya tujuan yang hendak dicapai.
Aktivitas manajemen kantor juga dipengaruhi oleh belu adanya suatu keseragaman dan kesepakatan antara para ahli, tentang aktivitas apa saja yang harus menjadi fungsi seorang manajer kantor.
Aktivitas pekerjaan kantor pada umumnya terdiri dari aktivitas- aktivitas yang berhubungan dengan:
a. Perencanaan perkantoran (Office Planning)
b. Pengorganisasian perkantoran (Office Organizing)
c. Pengawasan perkantoran (Office Controling).



















BAB III
METODE PENELITIAN
A.    JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yaitu suatu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau berupa hitungan lainnya. Dengan kata lain penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.[5]

B.     WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan yang pertama diselenggarakan pada:
Hari                 : Jum’at
Tanggal           : 16 September 2016
Pukul               : 13.30 WIB – 16.00
Tempat            : Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan

Dan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan yang kedua diselenggarakan pada:
Hari                 : Senin
Tanggal           : 19 September 2016
Pukul               : 08.30 – 11.30
Tempat            : Kantor MUI Bali

Jumlah peserta rombongan ± 104 orang, terdiri dari 98 orang mahasiswa dan 6 orang dosen dan pegawai pendamping lapangan FITK UIN Walisongo Semarang Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI)




C.    TEKNIK PENGUMPULAN DATA
a.       Penyampaian orasi ilmiah tentang kepemimpinan dan strategi pengembangan mutu pondok pesantren berbasis agribisnis dan peran lembaga MUI, yang dilanjutkan dengan dialog interaktif.
b.      Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung ke Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan dan Kantor Majelis Ulama Indonesia Bali.
c.       Wawancara atau Interview
Dalam metode ini dilakukan tanya jawab antara peserta Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan pihak Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan dan Kantor Majelis Ulama Indonesia Bali saat pemberian materi yang disajikan oleh pembicara. 1
d.       Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan memperoleh sumber-sumber data sebagai pelengkap pembuatan laporan yang berasal dari buku-buku dan artikel-artikel mengenai objek KKL serta informasi dari internet.

D.    TEKNIK ANALISIS DATA
 Laporan ini menggunakan teknik analisis Deskriptif tentang Manajemen Strategik, Manajemen Kewirausahaan/Agribisnis, dan Manajemen Perkantoran di Podok Pesantren Sunan Drajat Paciran-Lamongan dan Kantor MUI Badung-Bali.
Penulis menguraikan hasil kunjungan yang didukung dengan kajian pustaka.








BAB IV
LAPORAN KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
A.    LAPORAN KEGIATAN
RENCANA PERJALANAN KKL PRODI MPI
JUMAT, 16 SEPTEMBER 2016

HARI/JAM
KEGIATAN
PENANGGUNG JAWAB
Jum’at, 16 Sept 2016


06.00 – 11.00
Berangkat ke Lamongan
Prodi dan Biro Travel
11.00 – 11.45
Istirahat dan Makan Siang di Lamongan
Biro Travel
12.00 -13.30
Sholat Jum’at
Prodi dan Kordinator Kelas
13.30-16.00
KKL Pendidikan Agribisnis di PP Sunan Darajat
Prodi
16.00 – 17.00
Temu kangen dengan prodi MPI Sunan Drajat
Prodi dan HMJ
17.00 -
Melanjutkan perjalanan menuju Bali dan makan malam
Biro Travel



Sabtu, 17 Sept 2016
Sd
Ahad, 18 Sept 2016
Tiba di Bali dilanjutan dengan rekreasi dan Check in hotel
Lokasi Rekreasi:
1.      Tanah Lot
2.      Bedugul
3.      Pusat Kaos Joger
4.      Pantai Kuta
5.      Pantai Pandawa
6.      Pantai Tanjung Benoa
7.      Pasar Seni Sukawati
8.      Istana Tampak Siring
9.      Desa Adat Panglipuran
10.  Tari Barong
11.  Pusat Oleh-Oleh
Keterangan:
Check in hotel mulai Sabtu Sore
Biro Travel
Senin, 19 Sept 2016


08.30 – 11.00
Check out dan KKL di kantor MUI Propinsi Bali
Biro Travel, Prodi
11.00 – 12.00
Perjalanan pulang menuju UIN Walisongo Semarang

Keterangan:
Jika ada waktu masih dimungkinkan mampir tempat rekreasi

Biro Travel
Selasa, 20 Sept 2016


04.30
Tiba di UIN Walisongo


B.     PEMBAHASAN

1.      Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Drajat
Pondok Pesantren Sunan Drajat didirikan pada tanggal 7 September 1977 di desa Banjarwati Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan oleh KH. Abdul Ghofur. Menilik dari namanya pondok pesantren ini memang mempunyai ikatan historis, psikologis, dan filosofis yang sangat lekat dengan nama Kanjeng Sunan Drajat, bahkan secara geografis bangunan pondok tepat berada di atas reruntuhan pondok pesantren peninggalan Sunan Drajat yang sempat menghilang dari percaturan dunia Islam di Jawa selama beberapa ratus tahun.
Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah salah satu pondok pesantren yang memiliki nilai historis yang amat panjang karena keberadaan pesantren ini tak lepas dari nama yang disandangnya, yakni Sunan Drajat. Sunan Drajat adalah julukan dari Raden Qosim putra kedua pasangan Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) dengan Nyi Ageng Manila (Putri Adipati Tuban Arya Teja). Dia juga memiliki nama Syarifuddin atau Masih Ma’unat.
Perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar dimulai tatkala dia diutus ayahandanya untuk membantu perjuangan Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu guna mengembangkan syiar Islam didaerah pesisir pantai utara Kabupaten Lamongan saat ini.
Pada tahun 1440-an ada seorang pelaut muslim asal Banjar yang mengalami musibah di pesisir pantai utara, kapal yang ditumpanginya pecah terbentur karang dan karam di laut. Adapun Sang Pelaut Banjar terdampar di tepian pantai Jelaq dan ditolong oleh Mbah Mayang Madu penguasa kampung Jelaq pada saat itu. Melihat kondisi masyarakat Jelaq yang telah terseret sedemikian jauh dalam kesesatan, Sang Pelaut muslim itu pun terketuk hatinya untuk menegakkan sendi-sendi agama Allah. Dia pun mulai berdakwah dan mensyiarkan ajaran Islam kepada penduduk Jelaq dan sekitarnya. Lambat-laun perjuangan Sang Pelaut yang kemudian hari lebih dikenal dengan Mbah Banjar, mulai membuahkan hasil. Apa lagi bersamaan dengan itu Mbah Mayang Madu pun turut menyatakan diri masuk Islam dan menjadi penyokong utama perjuangan Mbah Banjar.
Pada suatu hari, Mbah Banjar dan Mbah Mayang Madu berkeinginan untuk mendirikan tempat pengajaran dan pendidikan agama agar syiar Islam semakin berkembang, namun mereka menemui kendala dikarenakan masih kurangnya tenaga edukatif yang mumpuni di bidang ilmu diniyah. Akhirnya mereka pun sepakat untuk sowan menghadap Kanjeng Sunan Ampel di Ampeldenta Surabaya. Gayung pun bersambut Kanjeng Sunan Ampel memberikan restu dengan mengutus putranya Raden Qosim untuk turut serta membantu perjuangan kedua tokoh tersebut. Akhirnya Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di suatu petak tanah yang terletak di areal Pondok Pesantren putri Sunan Drajat saat ini.
Beliau  mengatakan bahwa barang siapa yang mau belajar mendalami ilmu agama di tempat tersebut, semoga Allah menjadikannya manusia yang memiliki derajat luhur. Karena do’a Raden Qosim inilah para pencari ilmu pun berbondong-bondong belajar di tempat dia dan Raden Qosim pun mendapat gelar Sunan Drajat. Sementara itu untuk mengenang perjuangan Mbah Banjar, maka dusun yang sebelumnya bernama kampung Jelaq, dirubah namanya menjadi Banjaranyar untuk mengabadikan nama Mbah Banjar dan anyar sebagai suasana baru di bawah sinar petunjuk Islam.
Sunan Drajat yang merupakan putra sunan ampel menjadi tokoh sentral dalam penyebaran agama Islam yang ada di wilayah Lamongan. Raden Qosim atau Sunan Drajat mendirikan pondok pesantren di suatu petak tanah, terletak di areal Pondok Pesantren Putri Sunan Drajat saat ini. Dia pun mengatakan bahwa barang siapa yang mau belajar mendalami ilmu agama di tempat tersebut, semoga Allah menjadikannya manusia yang memiliki derajat luhur. Karena do’a Raden Qosim inilah para pencari ilmu pun berbondong-bondong belajar di tempat dia dan Raden Qosim pun mendapat gelar Sunan Drajat.
Setelah beberapa lama dia berdakwah di Banjaranyar, maka Raden Qosim mengembangkan daerah dakwahnya dengan mendirikan masjid dan pondok pesantren yang baru di kampung Sentono. Dia berjuang hingga akhir hayatnya dan dimakamkan di belakang masjid tersebut. Kampung di mana dia mendirikan masjid dan pondok pesantren itu akhirnya dinamakan pula sebagai Desa Drajat. Sepeninggalan Sunan Drajat, tongkat estafet perjuangan dilanjutkan oleh anak cucu dia. Namun seiring dengan perjalanan waktu yang cukup panjang kebesaran nama Pondok Pesantren Sunan Drajat pun semakin pudar dan akhirnya lenyap ditelan masa. Saat itu hanyalah tinggal sumur tua yang tertimbun tanah dan pondasi bekas langgar yang tersisa. Kemaksiatan dan perjudian merajalela di sekitar wilayah Banjaranyar dan sekitarnya, bahkan areal di mana Raden Qosim mendirikan Pondok Pesantren di Banjaranyar saat itu berubah menjadi tempat pemujaan.
Setelah mengalami proses kemunduran, bahkan sempat menghilang dari percaturan dunia Islam di Pulau Jawa, pada akhirnya Pondok Pesantren Sunan Drajat kembali menata diri dan menatap masa depannya dengan rasa optimis dan tekat yang kuat. Hal ini bermula dari upaya yang dilakukan oleh anak cucu Sunan Drajat yang bercita-cita untuk melanjutkan perjuangan Sunan Drajat di Banjaranyar. Keadaan itu pun berangsur-angsur pulih kembali saat di tempat yang sama didirikan Pondok Pesantren Sunan Drajat oleh KH. Abdul Ghofur yang masih termasuk salah seorang keturunan Sunan Drajat pada tahun 1977 yang bertujuan untuk melanjutkan perjuangan wali songo dalam mengagungkan syiar agama Allah di muka bumi.
Munculnya kembali Pondok Pesantren Sunan Drajat saat ini tentu tidak terlepas dari perjalanan panjang dan perjuangan anak cucu Sunan Drajat itu sendiri. Sebagai institusi resmi dan legal, Pondok Pesantren Sunan Drajat tentu memiliki persamaan dan perbedaan dengan cikal bakal berdirinya pondok pesantren itu sendiri.
Di sisi lain di dalam Pondok Pesantren Sunan Drajat terdapat pendidikan yang terdiri dari pendidikan formal, non formal dan in formal. Sebagaimana kita ketahui bahwa tidak semua pondok pesantren memiliki pendidikan yang mengajarkan tentang pengetahuan dan keahlian/skill secara intensif terhadap santrinya. Dengan demikian sangat penting bagi seorang akademisi untuk mempelajari kembali ide-ide dasar yang muncul dan menyertai perkembangan Pondok Pesantren Sunan Drajat.
2.      Visi Misi Podok Pesantren Sunan Drajat  Paciran Lamongan
1). Visi Pondok Pesanren Sunan Drajat Paciran Lamongan
Menjadi sebuah pondok pesantren yang mampu melakukan perubahan bagi masyarakat untuk menjadi masyarakat yang madani. Dan meneruskan cita-cita sembilan wali. Serta membentuk insan yang berbudi luhur, berakhlakul karimah, bertaqwa kepada Allah SWT, berpengetahuan luas dan bertanggung jawab terhadap agama, nusa dan bangsa
2). Misi Pondok Pesanren Sunan Drajat Paciran Lamongan
a).  Menjadi pondok pesantren yang baik yang bisa menjadikan santrinya sebagai santri yang berkompetensi serta dijadikan contoh bagi pondok pesantren lainnya.
b). Menyelenggarakan pendidikan Islam dan dibekali dengan pendidikan formal.
c). Mengikuti Pedoman Sunan Kalijaga “Kenek Iwak’e Gak Buthek Banyune”.
d). Mengembangkan Jiwa Mandiri pada santri sebagaimana wasiat Sunan Drajat “Wenehono” (Berilah).
e). Membentuk insan yang berbudi luhur, berakhlakul karimah, bertaqwa kepada Allah SWT, berpengetahuan luas dan bertanggung jawab terhadap agama, nusa dan bangsa.
3.      Konsep Entrepreneur Pondok Pesantren Sunan Drajat
Kesadaran masyarakat Indonesia dalam hal Entrepreneur atau wirausaha bisa dikatakan masih rendah. Minimnya kesadaran akan wirasauha dapat dilihat dari tingginya minat masyarakat Indonesia untuk menjadi Pegawa Negeri Sipil (PNS). Masyakat mempunyai harapan bahwa anaknya kelak bisa menjadi PNS bukan menjadi seoang wirausahawan.
Sebagian besar anggota masyarakat memiliki persepsi dan harapan bahwa output dari lembaga pendidikan dapat menjadi pekerja (karyawan, administrator atau pegawai) oleh karena dalam pandangan mereka bahwa pekerja (terutama pegawai negeri) adalah priyayi yang memiliki status sosial cukup tinggi dan disegani oleh masyarakat. Ada dugaan bahwa mental warga Indonesia yang sedemikian rupa diakibatkan oleh penindasan selama masa Belanda dan Jepang yang diwariskan secara tidak sadar hingga sekarang. Dalam masyarakat sendiri telah berkembang lama kultur feodal (priyayi) yang diwariskan oleh penjajahan Belanda.
Mindset yang sudah mengakar begitu kuat dimasyarakat harus diubah secara perlahan. Cara yang paling efektif adalah dengan menggunakan lembaga pendidikan sebagai agen pengubah mindset secara masal. Jika hal in berhasil maka beberapa dekade kedepan maka masyarakat Indonesia akan mempunyai pola berfikir yang tidak mengandalkan menjadi PNS melainkan bisa hidup secara mandiri dengan usaha yang dikembangkannya. Oleh karenanya program entrepreneur atau wirausaha dipilih untuk kemudian dientegrasikan kedalam program yang ada pada lembaga pendidikan.
Program wirausaha dipilih karena dianggap sebagai solusi untuk memecahkan problema dalam bidang ekonomi semisal pengangguran. Wirausaha sendiri sering dipadankan dengan kata “Entrepreneur” atau ada juga yang menyebutnya dengan wira swasta. Kedua padanan kata tersebut kelihatannya berbeda tetapi tidak terlalu signifikan. Secara bahasa (etimologis) wira berarti perwira, utama, teladan, berani. Swa berarti sendiri, sedangkan sta berarti berdiri. Jadi wiraswasta adalah keberanian berdiri diatas satu kaki. Dengan demikian pengertian wiraswasta sebagai padanan entrepreneur adalah orang yang berani membuka lapangan pekerjaan dengan kekuatan sendiri, yang pada gilirannya tidak saja menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan masyarakat, karena dapat menyerap tenaga kerja yang memerlukan pekerjaan.
Lembaga pendidikan sebagai pencetak generasi muda yang mempunyai ketangguhan mental perlu menyiapkan anak didiknya guna menghadapi persaingan ketika sudah lulus. Permasalahan serupa juga dialami oleh pondok pesantren yang menjadi salah satu lembagaa pendidikan yang diminati di Indonesia. Karena telah melekat pada pesantren sebuah streotip santri dari pesantren hanya bisa menjadi ustadz ketika sudah lulus. Oleh karenanya pesantren harus bersikap terbuka terhadap perubahan dan menyikapi perubahan serta tuntutan zaman dengan arif dan bijak.
Dalam perkembangannya, pondok pesantren mulai terbuka terhadap perubahan dan memperbaiki kekurangan yang terdapat didalamnya. Salah satu tuntutan zaman adalah adalah persaingan dalam bidang ekonomi sehingga pondok pesantren mengembangkan ekonomi islam dengan mewujudkan program wirausaha. Disamping itu program ini kemudian juga melibatkan santri dalam prosesnya sehingga disamping santri menimba ilmu agam di pesantren juga mendapatkan keterampilan wirausaha atau entrepreneur di pesantren. Perubahan ke arah positif sperti sangat perlu dilakukan sehingga citra pondok pesantren menjadi semakin terangkat dan bisa bersaing denga lembaga pendidikan formal.
Banyak pondok pesantren yang mulai menerapkan dan mengembangkan program entrepreneur dan salah satunya adalah Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan. Entrepreneur atau wirausaha telah begitu melekat dengan pondok pesantren sunan drajat sejak berdirinya pondok ini. Hal in dikarenakan pendiri Pondok pesantren sunan Drajat (PPSD) yakni KH. Abdul Ghofur merupakan seorang entrepreneur atau wirausahawan bahkan jauh sebelum pondok menjadi besar. Beliau menularkan semangat entrepreneur kepada santri-santri beliau dengan cara menerapkan program entrepreneur terhadap santri.
Konsep entrepreneur yang diterapkan pondok pesantren sunan drajat adalah konsep yang berasal dari sunan drajat. Konsep tersebut diadopsi oleh KH. Adbul Ghofur yang diambil dari wasiat atau bahkan bisa disebut falsafah hidup Sunan Drajat yaitu :
1. Memangun resep teyasing Sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
2. Jroning suko kudu eling Ian waspodo(di dalam suasana riang kita harus tetap  ingat dan waspada)
3. Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (dalam perjalanan untuk mencapai cita – cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
4. Meper Hardaning Pancadriya(kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu)
5. Heneng – Hening – Henung(dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening itulah kita akan mencapai cita – cita luhur).
6. Mulyo guno Panca Waktu (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan Sholat lima waktu)
7. Menehono teken marang wong kang wuto, Menehono mangan marang wong kang luwe, Menehono busono marang wong kang wudo, Menehono ngiyup marang wongkang kodanan (Berilah ilmu agar orang menjadi pandai, Sejahterakanlah kehidupan masyarakat yang miskin, Ajarilah kesusilaan pada orang yang tidak punya malu, serta beri perlindungan orang yang menderita).
Tujuh pilar yang diwasiatkan oleh Sunan Drajat tersebut kemudian diadopsi oleh KH. Abdul Ghofur dalam mengembangkan Pondok Pesantren.
Sunan Drajat dan mengembangkan usaha yang memberdayakan santri dan masyarakat sekitar. Dalam mengembangkan pondok pesantren dan usaha yang dirintis oleh pondok pesantren, KH. Abdul Ghofur memegang prinsip “wenehono mangan marang wong kang luwe”. Pantang bagi beliau untuk meminta-minta, oleh karenanya beliau berusaha untuk mengembangkan pondok pesantren tanpa meminta-minta sumbangan pada wali santri atau ke pemerintah.

4.      Unit Usaha Pondok Pesantren Sunan Drajat Paciran Lamongan
Adapun rincian dari bebrapa unit usaha yang dikembangkan PPSD antara lain:
a.       PT. SDL (Sunan Drajat Lamongan)
PT. Sunan Drajat Lamongan (SDL) berdiri pada tahun 2004 dengan nama merk produk kemasan Kawasan Industri Sunan Drajat (KISDA) merupakan perusahaan tambang phosfat yang beroperasi secara terintegrasi, dimulai dari kegiatan penambangan, pengolahan, rehabilitasi lahan, hingga pemasaran. Pupuk yang diproduksi terdiri dari pupuk alami yang berbentuk powder dan granule phosphate, Dolomite, Pupuk Magnesium. Kapasitas produksi perbulan rata-rata 2000 - 5000 ton, 10.000 – 20.000 ton untuk Dolomite, 10.000 ton Phosphate, dengan Pangsa pasar loal/dalam negeri adalah wilayah kab Wonosobo Jateng, Lampung, Kalimantan dan wilayah lainnya.
b.       Radio PERSADA FM 97.2 MHz
Awal mula berdirinya radio persada FM ini diawali dari keinginan Pengasuh Pondok Pesantren Sunan Drajat. Beliau punya pemikiran untuk mendirikan sebuah stasiun Pemancar Radio FM yang bisa menjangkau wilayah luas, hal ini dimaksudkan untuk sarana ibadah dan syiar agama juga untuk media informasi bagi masyarakat serta sebagai sarana penyampaian informasi bagi pihak pemerintah.
Gagasan yang bagus tersebut ditanggapi Dengan baik oleh pihak pemerintah, sehingga akhirnya Pondok Pesantren diberikan bantuan berupa pemancar radio FM yang nantinya selain sebagai sarana dakwah dan penyuluhan juga sebagai media hiburan yang bisa diterima oleh masyarakat sekitar propinsi Jatim bagian Barat.
Radio Persada FM terus mengikuti perkembangan zaman, dan mulai tahun 2010, radio persada FM telah menyiarkan siarannya melalui website dan dapat didengarkan online live streaming di website persada di www.persadafm.com
c.       Pengembangan Jus Mengkudu “Sunan”
Pengolahan Saribuah Mengkudu adalah penanganan pasca produksi dari perkebunan Mengkudu yang juga menjadi inti plasma dari petani mengkudu yang terdiri dari 6 kelompok tani Se Kabupaten Lamongan. Saat ini ada dua jenis produk sari buah mengkudu yang diproduksi oleh Pondok Pesantren Sunan Drajat yang pertama untuk konsumsi lokal dalam negeri Dengan merk “SUNAN” dalam kemasan 540 ml dan 110 ml, yang kedua adalah produk khusus ekspor ke Jepang dengan merk “JAWA NONI”
Dengan kemasan 540 ml.
d.      Pembuatan Air Minum Dalam Kemasan “Aidrat”
AIDRAT (Air Minum Sunan Drajat) merupakan perusahaan air minum dalam kemasan Gelas yang diproduksi menggunakan tehnologi Reverse Osmosis menghasilkan air murni ditambah dengan oksigen sehingga baik untuk tubuh dan membantu proses penyembuhan penyakit khususnya apabila digunakan dengan metode Terapi Air. Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Aidrat ini didistribusikan ke daerah-daerah, antara lain: Kabupaten Lamongan, Gresik, Bojonegoro, Tuban dan sekitarnya. Dengan pangsa pasar adalah wali santri PPSD.
e.        Peternakan Sapi & Kambing
Pondok Pesantren saat ini mengembangkan Peternakan Sapi dan Kambing yang diorientasikan pada penggemukan sapi dan Kambing. Peternakan ini mulai tanggal 16 Nopember 2003. Proyek ini merupakan kerjasama antara Dirjen Peternakan Deptan, Dinas Kelautan dan Perikanan kab Lamongan dengan Pondok Pesantren Sunan Drajat.
f.       BMT (Baitul Mal Wattamwil) Sunan Drajat
Melihat kondisi ril masyarakat kita yang dari sisi ekonomi belum dapat hidup secara layak dan mapan, masih sering terjerat rentenir, tidak adanya lembaga yang dapat membantu untuk meningkatkan pendapat mereka, tidak punya posisi tawar dengan pihak lain dan kondisi-kondisi lainnya yang serba tidak menguntungkan bagi masyarakat kecil. Padahal dari potensi yang dimiliki oleh mereka yang apabila dikelola oleh sistem kebersamaan, akan dapat meningkatkan ekonomi mereka. Dengan memperhatikan permasalahan di atas, maka dirintislah BMT (Baitul Maal wat Tamwiil) Sunan Drajat oleh pengurus PPSD, tujuan lain dari didirikannya BMT Sunan Drajat juga untuk menampung, melayani para santri dalam hal keuangan; pinjam meminjam, menabung, dll.
g.      Sunan Drajat Televisi (SD TV)
Sunan Drajat Televisi (SDTV) berdiri tanggal 22 Juni 2009 dimulai dari adanya ide untuk mendirikan media penyiaran berisi dakwah yang menghibur (dakwahtainment) dengan cakupan luas dan pengemasan program secara menarik,sederhana, dan universal. Fokus utamanya adalah memberikan tontonan berkualitas kepada
masyarakat melalui melalui pengkajian acara yang sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas pemirsa.
h.       Koperasi Pondok Pesantren (Koppotren)
Koperasi yang dikembangkan di Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah Warnet, Wartel, Kantin, toserba dan beberapa unit usaha kecil yang kini telah berkembang menjadi unit usaha yang mandiri. Konsumen yang dilayani selain lingkungan Pondok Pesantren juga untuk masyarakat sekitar pondok.
5.  Pendidikan Entrepreneur Pondok Pesantren Sunan Drajat
Secara bahasa istilah pendidikan berasal dari bahasa yunani yaitu paedagogie. Paedagogie terdiri dari kata “PAIS” artinya anak, dan “AGAIN” diterjemahkan pembimbing. Jadi paedagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.
Hal ini senada dengan Taqiyudin M. Yang menjelaskan, bahwa di lingkungan Yunani Kuno, terdapat dua kata yang memiliki fungsi yang berbeda, yakni Paedagogi dan Andragogi. Kata Paedagogi pada awalnya berarti “Pergaulan bersama anak-anak”. Arti ini bermula dari cerita yang berkembang bahwa konon, di lingkungan masyarakat Yunani Kuno terdapat seseorang atau sekelompok orang yang pekerjaan utamanya adalah mengantar dan menjemput anak-anak sekolah.
Karena setiap hari mereka bertemu dan bergaul dengan anak majikannya itu, sehingga mereka makin tahu dan memahami sifat, sikap dan karakter anak yang diantar jemputnya itu. Bahkan pergaulan mereka tidak hanya pada saat-saat antar jemput saja, melainkan ketika mereka di rumah majikannya pun ditugasi untuk membimbing dan mengawasi anak-anak majikannya. Hasil dari pengetahuan dan pemahaman terhadap sikap, sifat dan karakter anak majikannya itu, lama kelamaan mereka jadi dekat dan cenderung menjadi orang tua kedua (second parent) baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga mereka lebih tahu tentang kemampuan, kemauan dan bakat ‘anaknya’ itu. Bekal inilah kemudian menjadikan tugas mereka semakin banyak, yaitu antar jemput, mengawasi, membimbing dan membelajari apa yang belum diketahui oleh anak majikannya. Sehingga sebutan bagi mereka yang dekat dengan anak-anak dan mengetahui banyak tentang dunia anak dalam bahasa Yunani kuno disebut agogos.
Dari pendapat mengenai definisi pendidikan dari beberapa tokoh pendidikan maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlagsung terus-menerus.
Cendikiawan Muslim juga memberikan sumbangsih seputar pendidikan. Sehingga muncullah konsep pendidikan islam. Pendidikan Islam secara fundamental didasarkan pada Al-qur’an yang dengan keuniversalannya terbuka bagi setiap orang untuk mempelajari serta mengkritisinya. Segala bentuk usaha untuk mengkaji dan menampilkan gagasan-gagasan tentang konsep pendidikan Islam merupakan usaha positif. Hal ini karena agama Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah s.a.w adalah mengandung implikasi pendidikan yang bertujuan menjadi rahmatan lil-alamin.
Setidaknya terdapat tiga istilah yang lazim digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu al-Tarbiyat, al-Ta’lim dan al-Ta’dib. Menurut Ahmad Tafsir sebagaimana dikutip oleh Prof. Dr. H. Jalaluddin kata tarbiyat mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik yang didalamnya sudah termasuk mengandung makna mengajar atau allama.
Sedangkan menurut Muhammad Yunus dan Qosim Bakri dalam bukunya yang berjudul Kitabut Tarbiyat Wata’limi adalah: Pengertian pendidikan menurut istilah adalah: segala pengaruh yang dipilih yang bertujuan untuk membantu siswa dalam rangka meningkatkan jasmani dan rohani serta akhlak (tingkah laku) sehingga sampai pada tujuan yang sempurna.
Sedangkan menurut beberapa pakar, pendidikan Islam sendiri diartikan di antaranya: Menurut Abdurrahman an-Nahlawi “Pendidikan Islam adalah pendidikan yang mengantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman pada syari’at Allah SWT”.
Menurut Achmadi “Pendidikan Islam adalah sebagai usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam”.
Menurut Ahmad D. Marimba “Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam”.
Dari beberapa pengertian pendidikan Islam di atas dapat kita pahami bahwa proses kependidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia, berupa kemampuan belajar. Sehingga terjadi perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai mahluk individual dan mahluk sosial serta dalam hubungannya.
Proses tersebut senantiasa di landasi oleh nilai-nilai ideal Islam yang melahirkan norma-norma syari’ah dan akhlakul karimah untuk mempersiapkan kehidupan dunia akherat.
Sedangkan konsep Pendidikan yang diadopsi oleh Pondok Pesantren Sunan Drajat adalah sistem pendidikan warisan dari wali songo. Dan pastinya merupakan sistem pendidikan yang bercorak islam. Jika menengok sejarah perkembangan islam di Indonesia, khususnya perkembengan Islam di tanah jawa maka akan mendapatkan fakta bahwa waali songo dalam menyebarkan agama islam menggunakan pondok pesantren dalam mendidik muridnya dalam bidang agama, misalnya pondok ampel denta yang dirintis oleh Sunan Ampel.
Semua walisongo dalam penyebaran agama islam di tanah jawa meninggalkan warisan pondok pesantren. Hanya saja pondok pesantren peninggalan wali songo sudah tidak ada. Hanya pondok pesantren Sunan Drajat yang berdiri kembali di atas tanah pondok yang pernah didirikan sunan Drajat
Pondok pesantren peninggalan wali songo tinggal satu pindok pesantren. Dahulu wali songo membuat pondok pesantren sejumlah walisongo yaitu sembilan pondok pesantren. Dalam perkembangannya, delapan pondok pesantren rintisan walisongo hilang tinggal cerita dalam sejarah saja. Tinggal satu pondok pesantren peninggaan wali songo yang menjadi sumbernya madrasah ibtidaiayh, tsanawiyah, dan aliyah, yakni Podok Pesatren Sunan Drajat.
Lebih lanjut lagi ketika KH. Abdul Ghofur menkritisi sistem pendidikan, beliau berpendapat sistem pendidikan itu ada dua macam. Pertama, sistem pendidikan warisan walisongo. Kedua, sistem pendidikan warisan kolonial belanda. “Sistem pendidikan itu ada dua macam. Sistem pendidikan warisan walisongo dan warisan Londo/belanda”.
Pendidikan warisan walisongo mempunyai ciri dilaksanakan di asrama atau pondok dan hari jum’at dijadikan hari libur. Sedangkan sistem pendidikan peninggalan belanda merupakan sisitem pendidikan yang diadopsi oleh sistem pendidikan Indonesia sekarang dan mempunyai ciri-ciri libur pada hari minggu.
Dalam menerapkan program entrepreneur kedalam sistem pendidikan terutama dalam pendidikan formal, KH. Abdul Ghofur berinisiatif mendirikan sekolah yang relevan dengan program entrepreneur. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU 1 Paciran, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) NU 2 Paciran dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelautan Sunan Drajat adalah sekolah yang mempunyai program entrepreneur yang dimasukkan kedalam kurikulum sekolah.

5.      Visi Misi Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Badung Bali
a.    Visi :
Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan yang baik sebagai hasil penggalangan potensi dan partisipasi umat Islam melalui aktualisasi potensi Ulama’, Zuama’, dan Cendekiawan Muslim untuk kejayaan Islam dan Umat Islam (izzul-Islam wa al-muslimin) guna terwujudnya Islam yang penuh rahmat (rahmatan lil-‘alamin) di tengah kehidupan umat manusia dan masyarakat Indonesia khususnya.

b.    Misi:
1)   Menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan umat secara efektif dengan menjadikan ulama sebagai panutan (qudwah hasanah), sehingga mampu mengarahkan dan membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk aqidah Islamiyah, serta menjalankan syariah Islamiyah;
2)   Melaksanakan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi mungkar dalam mengembangkan akhlak karimah agar terwujud masyarakat berkualitas (khaira ummah) dalam berbagai aspek kehidupan;
3)   Mengembangkan ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

c.    Tujuan
Menggerakan kepemimpinan  dan kelembagaan Islam yang dinamis dan tertib sehingga mampu mengarahkan dan mendorong umat Islam untuk melaksanakan aqidah islamiyah. Kemudian menuntun umat Islam dalam menjalankan ibadah, menuntun umat Islam dalam mengembangkan muamalat, dan menjadi panuntan dalam  mengembangkan akhlakul karimah. Dan kemudian mewujudkan masyarakat yang aman, damai, adil dan makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.

6.      Komisi Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Badung Bali dan Pengurusnya
1). KOMISI TARBIYAH DAN KEMASJIDAN
      Koordinator : Drs. H. Arfai Syukri
      Anggota       :
      a.  Mutholib, S.Ag.,M.A
      b. Ir. Joko Suhantono
      c. H. Nur Kamid, S.Ag, M.A
      d. H. Nur SHodiq, S.H
      e. H. Ahmad Tukiran, S.Pd.I
      f. Sugimin Raharjo, M.Pd
2). KOMISI UKHUWAH ISLAMIYAH DAN KERUKUNAN UMAT
     Kordinator   : H.M. Fauzi
     Anggota       :
a. Hardilan, S.H
b. H. Bambang Setiono
c. H. Syaiful Romli
d.  H. Syamsudin
e. Sutomo Awibowo
f.  Cecep Subrata
g. H. Ocin Suhendi
3). KOMISI DAKWAH DAN HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA
     Kordinator      : H. Anam Warsito, S.Ag
     Anggota          :
     a. H. Anwar Hariyono, S.Ag
     b. Dr. H. Sudaryanto, M.Si
     c. Hasan Sadzali, S.T.P
     d. Samhadi, S.Ag
     e. Arifin, S.E
     f. Rusdi Juanda
4). KOMISI EKONOMI ISLAM DAN PARIWISATA
     Kordinator          : Muhammad Luthfi
     Anggoata            :
     a. H. Nur Hidayat
     b. H. Dandan Syamsudin, S.E
c. H. Adang Wahyu
d. H. Slamet Rosyidi
e. H. Bashori Alwi
f. H. Yudo Dwi Handoyo, S.T
5).  KOMISI FATWA DAN KADERISASI
       Kordinator              : M.S Suparman, S.T
      Anggota                   :
      a. Drs. H. Luthfi Haryono
      b. Drs. H. Sholahudin
      c. H. Taufiqurrahman
      d. H. Muhammad Taufiq
      e. H. Zaenal Abidin
     f. Umar Siddiq
6). KOMISI KELUARGA, PEREMPUAN, DAN REMAJA
     Kordinator               : Dra. Endang Kadarsih
     Anggota                   :
a. Aguslinar Simamora
b. Hj. Dorojatun Hasanah
c.  Hj. Ana Fathullah
d. Hj. Sri Hardiyanti
e. Adin Choiriyah, S.Pd.I
f. Nisrin
g. Nur Aini
h. Sri Maulida
7). KOMISI PENGEMBANGAN SENI DAN BUDAYA ISLAM
     Kordinator               : Anas, S.Ag, M.A
     Anggota                                    :
a. Masyhudi Jamal
b. M. Rezha Ariffinata
c. H. Abdur Rahman
d. H. Ali Kemas Hanafiah
e. Sulaimi, M.Pd.I
f. Mulyono
8).  KOMISI INFORMATIKA, KOMUNIKASI DAN DOKUMENTASI
      Kordinator              : Arnold Makasau Rifai
      Anggota                 :
      a. Alam Prayugo Pangesti
      b. Haris Fahmi Azhar
      c. Amran Qurais, S.E
      d. Bambang Risnanda, S.T
      e. Andi Anang Saputra, S.E
      f. Hermono Moeharyanto
7.  Pengembangan peran Majelis Ulama Indonesia Kab. Badung di Bali
1.      Penyebaran agama Islam di Bali
Datangnya Islam bersamaan dengan masuknya orang-orang Islam asal Jawa yang ditugasi kerajaan Majapahit sebagai pengiring Raja Gelgel (saat ini termasuk wilayah Kabupaten Klungkung) yang ketika itu menjadi pusat kerajaan di Bali. Ada yang mengatakan bahwa Peristiwanya terjadi pada masa Raja Dalem Ketut Ngelesir, dan ada yang berpendapat pada masa Raja Dalem Waturenggong, putra Dalem Ketut Ngelesir. 
Menurut Tim Peneliti Pemda Tk. I Bali (1979/1980) tentang “Sejarah Masuknya Islam di Bali”, bahwa Islam pertama kali masuk ke Bali pada akhir abad ke-14 M di masa pemerintahan Raja Dalem Ketut Ngelesir, raja Gelgel pertama) yang berkuasa pada tahun 1380-1460 M. Dengan alasan bahwa Dalem Ketut Ngelesir merupakan satu-satunya Raja Gelgel yang pernah berkunjung ke kraton Majapahit dalam rangka mengikuti Pertemuan Agung Raja-Raja se Nusantara atas undangan Raja Hayam Wuruk (1350 - 1389). Selesai acara, Raja Dalem Ketut Ngelesir pulang ke kraton Gelgel dengan diantar oleh 40 orang dari Majapahit sebagai pengiring dan menjadi abdi dalemnya, serta tidak mendirikan kerajaan sendiri. Sebagian besar mereka  bergama Islam. Peristiwa ini dijadikan sebagai patokan masuknya Islam di Bali yang berpusat di Kerajaan Gelgel (Klungkung). Sejak saat itu Agama Islam mulai berkembang di Bali dan terus hingga saat ini.

2.      Cara menentukan dan mengelola Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika(LPPOM) di MUI Propinsi Bali
LPPOM atau Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika adalah salah satu lembaga dibawah naungan Majelis Ulama Indonesia provinsi Bali, yang bertugas untuk melakukan auditing, pengawasan dan pembinaan pada perusahaan-perusahaan yang akan maupun sudah mendapatkan sertifikat halal
Untuk mentapkan standar kompetensi yang tinggi, baru-baru ini pihak MUI melakukan sertifikasi untuk para auditor halal. Para auditor halal memiliki posisi yang sangat strategis dan menentukan. Sebab para ulama di Komisi Fatwa MUI menetapkan fatwa produk halal berdasarkan informasi dari para auditor halal yang melakukan pemeriksaan atau audit halal ke perusahaan.
“Para auditor halal itu merupakan saksi bagi para ulama dalam menetapkan fatwa. Oleh karena itu para auditor harus memberikan informasi dengan benar. Sebab kalau informasi yang diberikan keliru, apalagi salah, niscaya fatwa yang ditetapkan oleh para ulama juga menjadi salah. Dan hal itu dapat berdampak fatal,” tutur Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI)
Oleh karena itu, tambahnya para auditor halal tersebut harus disertifikasi oleh MUI, guna mengetahui kapasitas, kompetensi maupun profesionalitas mereka, dan dengan demikian dapat mengeliminasi kemungkinan keliru atau kesalahan yang terjadi.
Halal ini juga merupakan kewajiban yang diamanatkan di dalam Undang-undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH), seperti dilansir dari halalmui.org. Di dalam UU tersebut, Pasal 10, Ayat 1 dan 2, disebutkan, MUI mendapat mandat untuk melaksanakan: (a) sertifikasi auditor halal; (b) penetapan kehalalan produk; dan (c) akreditasi Lembaga Pemeriksa Halal.
Tujuan Sertifikasi Halal adalah untuk menentramkan ummat Islam dalam mengkonsumsi produk pangan, obat dan kosmetika, dan manfaat bagi produsen adalah terbantunya dalam merebut pangsa pasar konsumen muslim.Proses sertifikasi halal dilakukan berdasarkan permintaan dari pihak produsen yang sifatnya masih sukarela, belum merupakan kewajiban.
Sertifikat halal yang diterbitkan oleh MUI Provinsi Bali merupakan prasyarat untuk mendapatkan ijin pencantuman label halal pada kemasan produk yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang yaitu Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) beserta unit teknisnya di daerah.Dalam menjalankan misinya, LPPOM MUI Bali didukung oleh tenaga auditor yang mempunyai keahlian dibidang terkait.
Pada Rakerda tahun 2016 ini, Mui Provinsi Bali memiliki Program  mengembangkan catur program ummat yang disampaikan oleh H.M. Taufik As’adi, S.Ag selaku ketua MUI prov. Bali yang meliputi :
1. Peningkatan kualitas beragama ummat islam yang berbasis masjid;
2. Peningkatan sosial ekonomi ummat berbasis ekonomi syariah;
3. Peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan kualitas lembaga pendidikan ummat;
4. Peningkatan kesadaran berbangsa dan bernegara.

8.Program Kerja MUI Badung Bali
Program jangka panjang MUI Bali yang dikenal dengan “Catur Program Umat”  dari 2006 sampai saat ini, yang targetnya sampai tahun 2030. Program MUI tersebut sebagai berikut :
1.      Meningkatkan kualitas kesadaran dan pemahaman beragama umat  berbasis masjid.
2.      Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan peningkatan mutu perguruan tinggi, mutu sekolah-sekolah dan pondok pesatren atau pendidkan dari TK/RA sampai dengan perguruan tinggi.
3.      Meningkatkan kualitas  sosial ekonomi umat melalui perekonomian pro rakyat berbasis syariah. Upaya penerapan program yang ketiga ini di Bali tidaklah mudah karena kita memerlukan suatu perjuangan dan pemahaman yang  baik kepada mayoritas masyarakat Bali yang beragama Hindu, karena banyak yang tidak paham sehingga banyak penolakan-penolakan terhadap program-program yang notabene hanya dari segi penyebutannya menggunakan kata syariah sehingga menimbulkan banyak penolakan. Sebagai contoh yaitu penolakan terhadap adanya Bank Syariah, dan penolakan untuk menjalankan ekonomi syariah karena mereka mengira syariah itu berhubungan dengan islamisasi karena tidak adanya suatu pemahaman. Oleh karena itu tugas dari MUI ini harus memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat sehingga program ekonomi syariah ini dapat diterima oleh masyarakat khususnya masyarakat Bali.
4.      Meningkatkan kualitas umat dalam berbangsa dan bernegara untuk mencapai martabat sehingga menjadikan masyarakat yang berkualitas (khaira ummah) itu bisa tercapai.




  

BAB V
KESIMPULAN
Entrepreneur atau wirausaha merupakan kebutuhan masyarakat serta tuntutan zaman modern. Hal ini terbukti dengan jumlah pengangguran yang tidak sedikit yang kebanyakan disebabkan tidak mempunyai keterampilan serta mental untuk menjadi wirausahawan. Masyarakat negeri ini lebih tertarik untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil, sehingga mental yang tertanam bukan mental kemandirian.
Melihat kondisi yang seperti itu perlu adanya langkah nyata untuk mengatasi masalah tersebut. Program entrepreneur yang diintegralisasikan kedalam kurikulum suatu lembaga pendidikan merupakan salah satu solusinya. Jangan dianggap bahwa program entrepreneurship atau kewirausahaan merupakan program untuk mencetak buruh semata. Perlu disadari bahwa program ini diterapkan untuk mendidik kemampuan peserta dalam bidang entreprenenur atau wirausaha.
Pondok pesantren Sunan Drajat merupakan salah satu dari sekian banyak pondok pesantren yang memperhatikan problem masyarakat dimasa mendatang terutama dalam masalah ekonomi. Lembaga pendidikan islam tidak hanya mengurusi permasalahan agama saja melainkan juga harus lebih terbuka dan fleksibel dalam melihat permasalahan masyarakat kedepannya. Sehingga program yang diterapkan disamping berorientasi agama juga berorientasi kepada masyarakat.
Program entrepreneur dipilih oleh Pondok Pesantren sunan Drajat dengan harapan setelah lulus dari pondok santri bisa hidup mandiri tanpa menggantungkan diri kepada orang lain. Dalam mendidik kemampuan entrepreneur santri pondok pesantren menggunakan cara learning by doing (belajar dengan melakukan). Jadi santri diikutsertakan dalam praktik lapangan diunit-unit usaha pondok pesantren.
Pesantren zaman dahulu tampaknya juga terdapat hal yang demikian. Maksudnya santri zaman dahulu juga bekerja di kebun, peternakan atau sawah milik Kyai. Memang secara sekilas kedua hal tersebut terlihat sama akan tetapi sebenarnya mempunyai perbedaan. Santri zaman dahulu yang bekerja di ladang, peternakan atau sawah milik kyai melakukan hal demikian karena keadaan ekonomi yang sulit. Disamping itu juga untuk ngalap barokah.Sedangkan santri zaman sekarang di pondok pesanren sunan Drajat yang berpartisipasi dalam usaha milik pondok pesantren yang memang secara sengaja usaha tersebut disediakan oleh pihak pondok pesantren. Hasilnya pondok pesantren berusaha untuk megembangkan usaha-usaha dibidang ekonomi yang memperhatikan kualitas pekerjanya yang mayoritas dari santri.
Penyebaran agama Islam di Bali sejak datangnya Islam bersamaan dengan masuknya orang-orang Islam asal Jawa yang ditugasi kerajaan Majapahit sebagai pengiring Raja Gelgel (saat ini termasuk wilayah Kabupaten Klungkung) yang ketika itu menjadi pusat kerajaan di Bali. Ada yang mengatakan bahwa Peristiwanya terjadi pada masa Raja Dalem Ketut Ngelesir, dan ada yang berpendapat pada masa Raja Dalem Waturenggong, putra Dalem Ketut Ngelesir. 
Dalem Ketut Ngelesir merupakan satu-satunya Raja Gelgel yang pernah berkunjung ke kraton Majapahit dalam rangka mengikuti Pertemuan Agung Raja-Raja se Nusantara atas undangan Raja Hayam Wuruk (1350 - 1389). Selesai acara, Raja Dalem Ketut Ngelesir pulang ke kraton Gelgel dengan diantar oleh 40 orang dari Majapahit sebagai pengiring dan menjadi abdi dalemnya, serta tidak mendirikan kerajaan sendiri.Sebagian besar mereka  bergama Islam. Peristiwa ini dijadikan sebagai patokan masuknya Islam di Bali yang berpusat di Kerajaan Gelgel (Klungkung). Sejak saat itu Agama Islam mulai berkembang di Bali dan terus hingga saat ini.
Untuk mentapkan standar kompetensi yang tinggi, baru-baru ini pihak MUI melakukan sertifikasi untuk para auditor halal. Para auditor halal memiliki posisi yang sangat strategis dan menentukan. Sebab para ulama di Komisi Fatwa MUI menetapkan fatwa produk halal berdasarkan informasi dari para auditor halal yang melakukan pemeriksaan atau audit halal ke perusahaan.



DAFTAR PUSTAKA
Hunger David. Manajemen Strategis. Yogyakarta: ANDI. 1996
Kasmir. Kewirausahaan. Jakarta: PT RAJA GRAFINDO. 2007
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2004
Rahmawati. Manajemen Perkantoran. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014
Yunus Muh. Islam dan Kewirausahaan Inovatif. Malang: UIN Malang Press. 2008





LAMPIRAN
Pondok Pesantren Sunan Drajat PaciranLamongan         Description: I:\14370267_1836501776636318_1671572693419848030_n.jpg       
  Description: I:\14516339_947073688755157_6577057051936429392_n.jpgDescription: I:\14446033_1797990543812275_615175796762149220_n.jpg


                             Description: I:\14370261_1797992997145363_1819790478164540178_n.jpg

                  MUI Badung BaliDescription: https://scontent-sin6-1.xx.fbcdn.net/t31.0-8/13442550_1789435494618948_1929892019422819467_o.jpg          Description: https://scontent-sin6-1.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/14572367_961357910636105_907984010981035774_n.jpg?oh=0fe955554a41a06546f49d9a31c902b6&oe=58AD8027
                        Description: https://scontent-sin6-1.xx.fbcdn.net/v/t1.0-9/14572877_961357727302790_2061468233259978142_n.jpg?oh=f7a13ac52b1d986df79bf68281f22e0f&oe=58762D24








[1] David Hunger, Manajemen Strategis, ( Yogyakarta: ANDI, 1996), hlm. 4-5

[2] Muh Yunus, Islam dan Kewirausahaan Inovatif, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 27
[3] Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT RAJA GRAFINDO, 2007), hlm. 27-28
[4] Rahmawati, Manajemen Perkantoran, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), hlm 2


[5] Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 20., hlm 6


Tidak ada komentar:

Posting Komentar