PEMIKIRAN
PENDIDIKAN ISLAM
IBN
SINA
Refisi
Makalah
Disusun Guna
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Filsafat
Pendidikan Islam
Dosen Pengampu
: Dr. Mahfud
Junaidi M.Ag.
![](file:///C:\DOCUME~1\CAMPUS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
Disusun Oleh
Romdonah : (1403036073)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I.
PENDAHULUAN
Dalam
sejarah pemikiran filsafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina dalam banyak hal
dibicarakan oleh banyak orang, sedang diantara para filosof muslim ia tidak
hanya unik, tapi juga memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern.
Ia adalah satu-satunya filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem
filsafat yang lengkap dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi
tradisi filsafat muslim beberapa abad.
Pengaruh
ini terwujud bukan hanya karena ia memiliki sistem, tetapi karena sistem yang
ia miliki itu menampakkan keasliannya yang menunjukkan jenis jiwa yang jenius
dalam menemukan metode-metode dan alasan-alasan yang diperlukan untuk
merumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual Hellenisme
yang ia warisi dan lebih jauh lagi dalam sistem keagamaan Islam.
Ide-ide
cemerlang gagasan Ibnu Sina memberikan kontribusi cukup baik bagi semua
kalangan ilmuan, baik dari ilmuan Muslim maupun non Muslim. Kepopuleran Ibnu
Sina sudah tidak diragukan lagi, terkhusus dari penemuan Ibnu Sina di bidang
kedokteran, hal tersebut dapat dilihat dari karyanya yang sangat popular yaitu
kitab Qanun fi al-Thib serta banyak memberikan kontribusi dalam bidang ilmu
kedokteran.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
BagaimanariwayathidupIbnuSina?
2.
Apa saja karya Ibn Sina?
3.
BagaimanakonseppendidikanmenurutIbnuSina?
III.
PEMBAHASAN
A.
RiwayatHidupIbnuSina
Namalengkapnyaadalah Abu ‘Ali Al-Husaynibnabdullah.
Penyebutannamainitelahmenimbulkanperbedanpendapatdikalangan para ahlisejarah. Dalam sejarah pemikiran Islam Ibnu Sina
sebagai intelektual muslim yang banyak mendapat gelar. Ia lahir pada 370 H
bertepatan dengan tahun 980 Masehi di Afshana, Suatu daerah yang terletak
didekat Bukhara, dikawasan Asia Tengah. Ayahnya bernama Abdullah seorang
sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balk, Khurasan, dan pada saat kelahiran
putranya dia adalah gubernur disalah satu pemukiman Nuh Ibn Mansur, sekarang
wilayah Afganistan (dan juga Persia).[1]
Sejarahmencatatsejumlah
guru yang pernahmendidikIbnSinadiantaranya:
1.
Mahmud
al-massah (Matematika)
2.
Abi Muhammad
Isma'ilibnHusyaini (ahlifiqh)
3.
AbiAbdillah
an-Natili (ahlimantiqdanfalsafah)[2]
Sebagai
ilmuwan, Ibnu Sina telah berhasil menyusun buku sebanyak 276 buah. Bukunya yang
terkenal antara lain asy-Syifa berupa ensiklopedia tentang fisika, matematika
dan logika serta al-Qanun at-Tibb yang merupakan ensiklopedia tentang
kedokteran.[3]
Karya-karyanya
hingga sekarang menjadi objek penelitian yang aktual.[4]
Ibnu Sina menguasai banyak bidang ilmu. Ia adalah seorang filosof muslim
ternama dengan penguasaan yang mumpuni terhadap filsafat Aristoteles dan
Neo-Platonis. Ia belajar matematika kepada Al-Khawarizmi, dan belajar
kedokteran kepada Isa Ibnu Yahya. Dua bidang ilmu ini melejitkan namanya sejak
usia sangat belia, yaitu 17 tahun.[5]
B. Karya-karya Ibn Sina
Diantara
karya-karyanya adalah :
a. Dalam bidang filsafat : Al-Syifa’, Al-Najah,
Al-Isyarat, Al-Hikmah al-arudiah, Hikmah al-alai, Al-Hidayah fi al-hikmah,
Al-Ta’liqat fi al-hikmah al-falsafiah, U’yun al-hikmah dan al-ansaf,
b. Dalam bidang psikologi : Al-Munazarat fi
al-nafs, Al-Fusul fi al-nafs,
c. Dalam bidang akhlak : Risalah fi al-akhlak,
d. Dalam bidang tasawuf : Risalah al-tair,
Risalah fi al-qadr, Kitab al’isyq, al-maudi, Hikmah al-maut, Al-hikmah
al-syarkiah, Hayy ibn yaqzan,
e. Dalam bidang kedokteran : Al-Qanun fi al-tibb,
f. Dalam bidang lain : Al-Syabakah wa al-tair,
Maqolat fi ghard I phitaghoras, Maqolah’ilm al-hikmah, Maqolah fi al-nihayah wa
al-nihayah dan maqolah fi anna ab’ad al-jism ghair zatiyah.[6]
Ibnu Sina wafat pada tahun 1037M di Hammadan, Iran,
karena penyakit maag kronis. Ia wafat ketika ia sedang mengajar disebuah
sekolah saat itu dia sedang sakit parah tetapi tetap saja bersi keras untuk
mengajar anak-anak. Saat akan dibawa ke Rumah Sakit, dia sudah kehilangan
nyawa.[7]
C. Konsep Pendidikan Menurut Ibnu Sina
1. Tujuan Pendidikan
Menurut Ibnu
Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang
dimiliki seseorang kearah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan
fisik, intelektual, dan budi pekerti. Selain itu, tujuan pendidikan menurut
Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup
dimasyarakat secara bersama-sam dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang
dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan, dan potensi yang
dimiliknya.[8]
Khusus
pendidikan jasmani, Ibnu Sina mengatakan hendaknya tujuan pendidikan tidak
melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya, seperti
olahraga, makan, minum, tidur, dan menjaga kebersihan. Ibnu Sina berpendapat
bahwa tujuan pendidikan untuk mencapai kebahagiaan. Melalui pendidikan
jasmani-olahraga, seorang anak diarahkan agar terbina pertumbuhan fisiknya dan
cerdas otaknya. Sedangkan dengan pendidikan budi pekerti, diharapkan seorang
anak dapat mempertajam perasaannya dan meningkat daya khayalnya.[9]
Ibn Sina juga
mengemukakan tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan yang ditunjukkan pada
pendidikan bidang perkayuan, penyablonan, dan sebagainya. Dari situ akan muncul
tenaga-tenaga pekerja yang professional.Selain itu juga, ujuan pendidikan yang
dikemukakan Ibn Sina tersebut tampak didasarkan pada pandangan tentang Insan
Kamil (manusia yang sempurna), yaitu manusia yang terbina seluruh potensi
dirinya secara optimal dan menyeluruh, juga harus mampu menolong manusia agar
bisa melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di masyarakat.[10]
2. Kurikulum
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai
tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran
pada semua jenis tingkat pendidikan.[11]
Konsep Ibn
Sina tentang kurikulum didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik.Untuk
usia anak 3-5 tahun, misalnya menurut Ibn Sina perlu diberikan mata pelajaran
olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian. Selanjutnya,
kurikulum untuk usia 6-14 tahun menurut Ibn Sina adalah mencakup pelajaran
membaca dan menghafal Al-Qur’an, pelajaran agama, pelajaran syair dan pelajaran
olahraga. Kemudian, menyangkut kurikulum untuk usia 14 tahun keatas, menurut
Ibn Sina, mata pelajaran tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat
si anak.
Strategi
penyusunan kurikulum yang ditawarkan Ibn Sina juga didasarkan pada pemikiran
yang bersifat pragmatis fungsional, yakni dengan melihat segi kegunaan dari
ilmu dan keterampilan yang dipelajari dengan tuntutan masyarakat atau
berorientasi pasar.[12]
Strategi
pembentukan kurikulum Ibn Sina tampak sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang
terdapat pada dirinya. Ia mencoba menuangkan pengalaman pribadinya dalam
mempelajari berbagai macam ilmu dan keterampilan dalam konsep kurikulumnya.[13]
Jadi konsep kurikulum Ibn
Sina ada 3 ciri, yaitu :
- Kurikulum tidak terbatas pada menyusun jumlah mata pelajaran, melainkan tujuan, kapan mata pelajaran diajarkan, aspek psikologis, dan keahlian yang akan dipilihnya. Sehingga siswa merasa senang mempelajari suatu ilmu.
- Strategi penyusunan yang bersifat pragmatis fungsional (marketting Oriented). Sehingga setiap lulusan pendidikan dapat difungsikan dalam masyarakat.
- Strategi pembentukan kurikulum sebagaimana yang dilakukan dalam mempelajari berbagai ilmu dan keterampilan.
Dari ketiga ciri kurikulum
tersebut telah memenuhi persyaratan penyusunan kurikulum yang dikehendaki oleh
masyarakat modern.[14]
3. Metode Pengajaran
Konsep metode
yang ditawarkan Ibn Sina antara lain terlihat pada setiap materi pelajaran.
Dalam setiap pembahasan materi pelajaran Ibn Sina selalu memperbincangkan
tentang cara mengajarkan kepada anak didik. Ibn Sina berpendapat bahwa suatu
materi pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada bermacam-macam
anak didik dengan cara yang sama.[15]
Metode pengajaran yang ditawarkan Ibn Sina antara lain :
a. Metode
talqin, digunakan untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada anak didik
sebagian demi sebagian. Setelah itu anak didik disuruh mengulangi bacaan
tersebut perlahan-lahan dan dilakukan berulang-ulang hingga hafal
b. Demonstrasi, digunakan dalam cara mengajar
menulis
c. Pembiasaan dan teladan, merupakan salah satu
metode paling efektif, khususnya mengajarkan akhlak.
d. Diskusi magang, diskusi dapat dilakukan dengan
cara penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan pada sebuah masalah, magang,
Ibn Sina contohnya murid yang mempelajari ilmu kedokteran, dianjurkan agar
menggabungkan teori dan praktik.
e. Penugasan, cara penyajian bahan pelajaran
dimana guru memberikan tugas kepada siswa, agar siswa melakukan pembelajaran
diuar kelas.[16]
4. Konsep Guru
Konsep guru
yang baik ditawarkan Ibn Sina antara lain berkisar antara lain tentang guru
yang baik. Bahwa guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama,
mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan
tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main diadapan muridnya, tidak bermuka
masam, sopan santun, teliti, sabar, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar
bergaul dengan anak didiknya.[17]
Tugas seorang
guru dalam mendidik tidaklah mudah. Sebab, pada hakikatnya tugas pendidik yang
utama adalah membentuk perkembangan anak dan membiasakan kebiasaan yang baik
dan sifat-sifat yang baik menjadi faktor utama guna mencapai kebahagiaan anak.
Orang yang ditiru hendaklah menjadi pemimpin yang baik, contoh yang bagus dan
berakhlak hingga tidak meninggalkan kesan buruk pada jiwa anaka yang menirunya.[18]
5. Konsep Hukuman dalam Pengajaran
Ibn Sina pada
dasarnya tidak berkenan menggunakan hukuman dalam kegiatan pengajaran. Hal ini
didasarkan pada sikapnya yang sangat menghargai martabat manusia. Namun, dalam
keadaan terpaksa, hukuman dapat dilakukan dengan cara yang amat hati-hati. Ibn
Sina menyadari bahwa manusia memiliki naluri yang selalu ingindisayang, tidak
suka diperlakukan kasar, dan lebih suka diperlakukan halus. Atas dasar
pandangan kemanusiaan inilah, Ibn Sina sangat membatasi pelaksanaan hukuman.
Penggunaan-penggunaan bantuan tangan adalah pembantu paling diandalkan dan
merupakan sei bagi seorang pendidik. Dengan ada kontrol secara terus-menerus,
mendidik anak dapat diawasi dan diarahkan sesuai dengan tujuan pendidikan.[19]
Ibn Sina
membolehkan pelaksanaan hukuman dengan cara yang ekstra hati-hati, dan hal itu
hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa dan tidak normal. Sedangkan dalam
keadaan normal, hukuman tidak boleh lakukan. Sikap humanistik ini sangat
sejalan dengan alam demokrasi yang menuntut keadilan,
kemanusiaan, keederajatan dan sebagainya.[20]
Menurut Ibn
Sina ilmu terbagi menjadi dua, yaitu ilmu yang kekal (hikmah) dan ilmu yang
tidak kekal. Ilmu yang kekal dipandang dari peranannya sebagai alat disebut
dengan logika. Berdasarkan tujuan, ilmu itu menurutnya dibagi menjadiilmu
praktis dan ilmu teoritis. Ilmu teoritis seperti ilmu alam, matematika, ilmu
kebutuhan dan sejenisnyasedangkan ilmu praktis seperti ilmu akhlak, ilmu
pngurusan rumah tangga, ilmu pengurusan kota, ilmu syari’ah dan sebagainya. [21]
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
·
NamalengkaIbnSinaadalah
Abu ‘Ali Al-Husaynibnabdullah.
Penyebutannamainitelahmenimbulkanperbedanpendapatdikalangan para ahlisejarah. Dalam sejarah pemikiran Islam Ibnu Sina
sebagai intelektual muslim yang banyak mendapat gelar.
·
Diantara karya-karyanya adalah : Dalam bidang filsafat,
dalam bidang psikologi, dalam bidang akhlak, dalam bidang tasawuf, dalam bidang
kedokteran.
·
Menurut Ibnu Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada
pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang kearah perkembangannya
yang sempurna
·
Konsep Ibn Sina tentang kurikulum didasarkan pada tingkat
perkembangan usia anak didik.
·
Metode pengajaran yang ditawarkan Ibn Sina antara lain :
Metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan teladan, diskusi magang, penugasan.
·
Konsep guru yang baik ditawarkan Ibn Sina antara lain
berkisar antara lain tentang guru yang baik. Bahwa guru yang baik adalah guru
yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam
mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main
diadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, teliti, sabar, adil,
hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak didiknya.
·
Ibn Sina membolehkan pelaksanaan hukuman dengan cara yang
ekstra hati-hati, dan hal itu hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa dan
tidak normal
B. Kata Penutup
DemikianmakalahFilsafatPendidikan Islam yang
berisitentangPemikiranIbnSinadalampendidikan yang dapatpenulissampaikan.
Penulismenyadaribahwadalampenulisanmakalahinimasihbanyakkekurangandanjauhdarikesempurnaan,
olehkarenaitukritikdan saran
sangatpenulisharapkangunamemperbaikimakalahselanjutnya.
Semogamakalahinidapatbermanfaatbagikitasemua. Khususnyapembaca. Amin
[1]Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.75
[2]https://dakir.wordpress.com/2009/07/30/konsep-pendidikan-ibnu-sina/ diaksespadatanggal 25 Mei 2015
[3]Ahmad Syar’i. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta:Pustaka Firdaus, 2005).
Hal 1
[4]Hamzah Ya’qub. Filsafat Agama. (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya) hal.41
[5]https://dakir.wordpress.com/2009/07/30/konsep-pendidikan-ibnu-sina/ diaksespadatanggal 25 Mei 2015
[6]http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina.Diaksespadatanggal
25 Mei 2015
[7]Maftukhin. Filsafat Islam. (Teras) hal.107
[8]Maftukhin. Filsafat Islam. (Teras) hal.108
[9]http://pustakaazham.blogspot.com/2012/05/konsep-pendidikan-menurut-ibnu-sina.html diaksespadatanggal 25 Mei 2015
[10]Ahmad Syar’i. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta:Pustaka Firdaus, 2005).
Hal
[11]Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal. 78-79
[12]Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.81
[13]Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.81
[14]http://pustakaazham.blogspot.com/2012/05/konsep-pendidikan-menurut-ibnu-sina.htmldiaksespadatanggal 25 Mei 2015
[15]Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.82
[16]Ahmad Syar’i. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta:Pustaka Firdaus, 2005).
[17]Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. (Jogjakarta:AR_RUZZ
MEDIA, 2011) hal.84
[18]Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.85
[19]Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal 85
[20] Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.86
[21]Ahmad Syar’i. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta:Pustaka Firdaus, 2005)
hal. 96
Tidak ada komentar:
Posting Komentar