KONSEP PENDIDIKAN
I.PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Belajar
mengajar merupakan hal yang melekat erat pada mahluk hidup. Semua manusia yang
hidup di dunia pasti pernah mengenyam pendudikan yang meliputi belajar mengajar
untuk menata diri menjadi lebih dari yang sebelumnya, karena dengan
pendidikanlah manusia dapat menjalani kehidupan yang beradap. Islam pun
mempunyai pandangan khusus mengenai pendidikan, pandangan tersebut meliputi paradigmanya ilmu pengetahuan,
proses, materi, dan tujuan pembelajaran. Hal itu merupakan cirri khas
pendidikan Islam, yang tidak dimiliki oleh pendidikan lainya. Alam dan segala
isinya dalam pandangan Islam termasuk hukum alam itu sendiri adalah ciptaan
Allah, Maka seluruh system dan interaksi yang berlaku padanya terkait atau
tidak dapat di lepaskan dari kemahabesaran Tuhan. Eksistensi segala sesuatu
yang menjadi objek kajian manusia dalam menggali ilmu pengetahuan baik yang
bersifat empiris maupun tidak adalah berasal dari Allah dan di atur olehnya.
Sehingga pendidikan menjadi hal yang penting untuk di pelajari.
B.RUMUSAN MASALAH
1.
Apa tujuan dari
konsep pendidikan?
2.
Apa ayat
Al-Qur’an tentang konsep pendidikan?
3.
Apa hadits
tentang konsep pendidikan?
4.
Bagaimana
tafsir Al-Qur’an tentang konsep pendidikan?
5.
Bagaimana
penjelasan hadits tentang konsep pendidikan?
6.
Bagaimana
kontekstualisasi isi ayat dan hadits yang terkait?
II.PEMBAHASAN
1.Tujuan konsep pendidikan
Pada dasarnya,
sistem pendidikan Islam didasarkan pada sebuah kesadaran bahwa setiap Muslim
wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya. Banyak nash al-Qur’an
maupun hadits Nabi yang menyebutkan juga keutamaan mencari ilmu dan orang-orang
yang berilmu. Sesungguhnya motivasi seorang Muslim untuk mencari ilmu
adalah dorongan ruhiyah, bukan untuk mengejar faktor duniawi semata. Seorang
Muslim yang giat belajar karena terdorong oleh keimanannya, bahwa Allah Swt
sangat cinta dan memuliakan orang-orang yang mencari ilmu dan berilmu di dunia
dan di akhirat.
Betapa pentingnya
pendidikan, karena hanya dengan proses pendidikanlah manusia dapat
mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia, melalui pemberdayaan
potensi dasar dan karunia yang telah diberikan Allah. Apabila semua itu
dilupakan dengan mengabaikan pendidikan, manusia akan kehilangan jatidirinya.
Konsep pendidikan
tidak hanya menekankan kepada pengajaran yang berorientasi kepada
intelektualitas penalaran, melainkan lebih menekankan pada pembentukan
keribadian yang utuh dan bulat.
2.Ayat Al-Qur’an tentang konsep pendidikan
Ayat Al-Qur’an yang
berhubungan dengan konsep pendidikan ialah QS.Al-Isro’ ayat 24 dan
QS.Asy-Syu’aro’ ayat18.
a. QS.Al-Isro’ ayat 24
![http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/17_24.png](file:///C:\DOCUME~1\CAMPUS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah:
"Wahai Tuhanku ! sayangilah keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil."
b.
QS.Asy-Syu’aro’ ayat18
![http://c00022506.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/26_18.png](file:///C:\DOCUME~1\CAMPUS~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.gif)
Dia( Fir'aun ) menjawab:
"Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu
engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari
umurmu.
3.Hadist
tentang konsep pendidikan
عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِي الله عَنْه اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا رَجُلٌُ يَمْشِي فَاشْتَدَّ
عَلَيْهِ العَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا ثُمَّ خَرَجَ فَاِذَا هُوَ
بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ العَطَشِ فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا
مِثْلُ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلاَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ ثُمَّ
رَقِيَ فَسَقَى الكَلْبَ فَشَكَرَ اللهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَارَسُوْلَ
اللهِ وَإِنَّ لَنَا فِي البَهَا ئِمِ أَجْرًا قَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍرَطْبَةٍ
أَجْرٌ (اخرجه البخاري في كتاب المشقات
Artinya: Dari
Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ”Ketika seorang
laki-laki sedang berjalan-jalan, tiba-tiba ia merasakan sangat haus sekali.
Kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia
keluar (dari sumur) kemudian datang seekor anjing yang menjulur-julurkan
lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing
sangat haus sebagaimana aku, kemudian ia masuk kedalam sumur lagi dan ia
memenuhi sepatunya (dengan air) kemudian (ia naik lagi) sambil menggigit
sepatunya dan ia memberi minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya
dan mengampuninya. Sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, adakah kita mendapat
pahala karena menolong hewan?”, Nabi menjawab: ”Disetiap yang mempunyai limpa
hidup ada pahalanya.”(HR. Abu
Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhori al-Ju’fi)
4.Tafsir
Al-Qur’an tentang konsep pendidikan
A.QS.AL-Isro’
ayat 24
Berdasarkan
ayat di atas, tampaknya yang menjadi titik sentral dalam masalah bir
al-walidain adalah anak, maka posisi orang tua sebagai pendidik tidak menjadi
bahasan utama. Hal ini bisa disebabkan adanya suatu anggapan bahwa orang tua
tidak akan melalaikan kewajibannya dalam mendidik anak.
Menurut Said Qutub orang tua itu tidak perlu lagi dinasehati untuk berbuat baik
kepada anak, sebab orang tua tidak akan pernah lupa akan kewajibannya dalam
berbuat baik kepada anaknya. Sedangkan anak sering lupa akan tanggung jawabnya
terhadap orang tua. Ia lupa pernah membutuhkan asuhan dan kasih sayang orang
tua dan juga lupa akan pengorbanannya. Namun demikian anak perlu melihat ke
belakang untuk menumbuh-kembangkan generasi selanjutnya. Jadi mempelajari
cara orang tua dalam mendidik anak menjadi hal yang perlu dipertimbangkan.
Hal pertama yang teranalisa dalam penjelasan ayat tersebut adalah kewajiban orang tua untuk memperlakukan anak dengan baik. Hal ini dapat dilihat dalam penafsiran ayat wa bilwalidaini ihsana. Dalam penafsiran penggalan ayat tersebut, anak dituntut berbuat baik kepada kedua orang tua disebabkan orang tua telah berbuat ihsan kepada anak; mengandung selama sembilan bulan, memberikan kasih sayang dan perhatian sejak dari proses kelahiran hingga dewasa.
Hal pertama yang teranalisa dalam penjelasan ayat tersebut adalah kewajiban orang tua untuk memperlakukan anak dengan baik. Hal ini dapat dilihat dalam penafsiran ayat wa bilwalidaini ihsana. Dalam penafsiran penggalan ayat tersebut, anak dituntut berbuat baik kepada kedua orang tua disebabkan orang tua telah berbuat ihsan kepada anak; mengandung selama sembilan bulan, memberikan kasih sayang dan perhatian sejak dari proses kelahiran hingga dewasa.
Dengan demikian, perintah anak untuk berbuat ihsan kepada orang tua menjadi
wajib dengan syarat orang tua telah terlebih dahulu berbuat ihsan kepadanya.
Ihsan orang tua terhadap anak sangat urgen sebab seorang anak yang dilahirkan
ke dunia ini dalam keadaan lemah tidak berdaya, tidak tahu apa-apa, dan
perlu pertolongan orang lain. Untuk mengatasi ketidakberdayaannya, anak sangat
bergantung sepenuhnya kepada orang tua dan menunggu bagaimana arahan dan didikan
yang akan diberikan kepadanya.
b.QS.Asy-Syu’aro’
Tatkala
Musa dan Harun diperkenankan menghadap Fir’aun dan menegaskan kepadanya bahwa
mereka berdua adalah Rasul Allah pencipta alam semesta dan meminta supaya Bani
Isroil dibebaskan Dri perbudakan dan di izinkan meninggalkan Mesir,Fir’aun
sangat terkejut dan merasa tercengang ia menjadi heran mengapa keduanya brgitu
berani menentang kekuasaannya,sedangkan dia sendiri menganggap dirinya Tuhan
bagi rakyatnya,termasuk dalam hal ini Bani Israil.kemudian Musa dan Harun juga
menuntut pembebasan semua Bani Israil dari cengkraman pembudakan.
Fir’aun
heran mengapa Musa sampai berani mengemukakan dua hal yang amat tidak masuk
akal itu? Fir’aun mengetahui benar bahwa Musa adalah anak asuhnya
sendiri.semenjak kecil,dia dididik dan dibesarkan dalam istananya.Fir’aun
mengetahui pula bahwa setelah dewasa ,Musa pernah membunuh seorang rakyatnya
yang dekat dengannya,yaitu tukang masaknya sendiri ketika ia berkelahi dengan
salah seorang Bani Israil.Fir’aun juga heran mengapa Musa dengan riwayat hiduo
seperti itu ,berani menentang kekuasaanya dab menuntut hal yabg tidak masuk
akal menurut pendapatnya.
Dengan
nada yang keras dan rasa amarah yang tak tertahan,Fir’aun menjawab,:”bukankah
engkau telah kami asuh dan kami didik semenjak kecil? Kami selamatkan kamu dari
pembunuhan dimana pada waktu itu kami memerintahkan agar setiap anak laki-laki
Bani Israil harus dibunuh.
5.Penjelasan
Hadist mengenai konsep pendidikan
Dari hadist di atas menerangkan
bahwa apabila kita berbuat baik kepada sesama makhluk Allah SWT walaupun
perbuatan tersebut hanya sebesar biji jagung, maka perbuatan kita akan mendapat
pahala dan ridho Allah SWT. Misalnya memberi minum hewan yang najis.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa
pendidikan metode kisah atau cerita ini dapat menimbulkan kesan mendalam pada
jiwa seorang anak didik, sehingga dapat membuka hati nuraninya dan berupaya
melakukan hal-hal yang baik dan menjauhkan dari perbuatan yang buruk sebagai
dampak dari kisah itu, apalagi penyampaikan kisah-kisah tersebut dilakukan
dengan cara menyentuh hati dan perasaan. Al-Qur’an mempergunakan meode cerita
untuk seluruh pendidikan dan bimbingan yang mencakup seluruh metodologi
pendidikannya, yaitu untuk pendidikan mental, akal dan jasmani serta menaruh
jaringan-jaringan yang berlawanan yang terdapat didalam jiwanya itu, pendidikan
melalui teladan dan pendidikan melalui nasehat. Oleh karena itu, cerita merupakan
kumpulan bimbingan yang sangat baik.
6.kontekstualisasi
isi ayat dan hadits
Seperti yang sudah kita ketahui
diatas pada intinya konsep pendidikan yang harus diutamakan ialah pendidikan
karakter yang saat ini sangat dibutuhkan sekali mengingat moralitas anak bangsa
sudah luntur.pendidikan karakter meliputi sikap dan kepribadian
seseorang.adapun yang disebutkan dalam ayat diatas ialah sikap hormat dan patuh
kita terhadap orang tua.ini salah satu contoh pendidikan karakter.selain
berbakti kepada orang tua,pendidikan karakter juga mengajarkan bagaimana kita harus meningkatkan keimanan,ketakwaan, saling tolong menolong,cara hidup bermasyarakat
juga mengarahkan kita semua agar menghindari sifat tercela seperti iri
dengki,korupsi,penipuan ataupun kesombongan yang mana diatas sifat sombong
diperlihatkan Fir’aun dengan cara dia mengaku sebagai Tuhan dan wajib disembah
oleh rakyatnya. Maka seorang Musa pun berani melawannya walaupun dulu pernah
diasuh oleh keluarga istana Fir’aun karena tindakan Fira’aun suda jelas
keterlaluan. proses pendidikan melalui pengkisahan juga dinilai akan lebih
efektif untuk di gunakan dalam penyampaian ilmu.kita semua berharap konsep
pendidikan yang dikemas di Negara kita mampu memberikan efek yang signifikan
terhadap perilaku masyarakatnya.
III. KESIMPULAN
Pada dasarnya konsep pendidikan secara lengkap dan bervariasi
sudah di terangkan di dalam ayat – ayat AlQuran dan hadis. Namun semua itu
merujuk pada satu hal yang sama yaitu menyatakan bahwa pendidikan sangatlah
penting, apalagi banyak ayat - ayat dan hadis yang sampai menekankan pendidikan
karakter tersebut.
IV. PENUTUP
Sekian makalah yang dapat kami susun. Apabila ada kesalahan
dan kekurangan kami mohon ma’af yang setulus-tulusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian
Agama RI.2010.AL-QUR'AN DAN TAFSIRNYA (edisi yang disempurnakan).Jakarta:Lentera
Abadi.
Juwariyah.2010.Hadis
Tarbawi.Yogyakarta:Penerbit Teras
Kadar M
Yusuf.2013.Tafsir Tarbawi.Jakarta:Amzah
www.bing.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar