SISTEM MANAJEMEN PESANTREN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata kuliah : Manajemen Diniyah dan Pesantren
Dosen Pengampu : Dr. Fatah Syukur NC, M.Ag.
Disusun Oleh :
Romdonah (1403036073)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2015
I.
PENDAHULUAN
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat pada era global ini terasa sekali
pengaruhnya dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, khususnya dalam bidang
pendidikan, sosial, dan budaya, termasuk dalam pendidikan pesantren.
Masyarakat
yang tidak menghendaki keterbelakangan akibat perkembangan tersebut, perlu
menanggapi serta menjawab tuntutan kemajuan tersebut secara sungguh-sungguh.
Dalam rangka menghadapi tuntutan masyarakat lembaga pendidikan masyarakat
termasuk pondok pesantren haruslah bersifat fungsional. Sebab lembaga
pendidikan sebagai salah satu wadah dalam masyarakat bisa digunakan sebagai
pintu gerbang dalam menghadapi tuntutan masyarakat, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus mengalami perubahan.
Lembaga
pesantren perlu mengadakan perubahan secara terus menerus seiring dengan
perkembangannya tuntutan-tuntutan yang ada dalam masyarakat. Pengembangan
Manajemen Pesantren merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas atau mutu pesantren. Manajemen mengawal dan memberikan
arahan pada proses berjalannya sebuah lembaga pesantren dapat terpantau. Tidak
berbeda dengan lembaga pendidikan lain seperti sekolah formal, pendidikan
pesantren juga membutuhkan manajemen untuk mengembangkan atau memajukan sebuah
pesantren.
Manajemen
merupakan hal yang penting dalam pesantren karena untuk berjalan dengan
optimalnya sebuah pesantren, berkembangnya pesantren, dan untuk kemajuan
pesantren tersebut. Pesantren yang sistem manajemennya rendah atau bahkan tidak
baik, bisa mengakibatkan mengurangnya daya guna sebuah pesantren.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
pengertian manajemen pesantren?
2.
Apa
unsur-unsur pesantren?
3.
Bagaimana
budaya pesantren?
4.
Apa
pentingnya manajemen pesantren?
III.
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN MANAJEMEN PESANTREN
Kata
manajemen berasal dari bahasa inggris yaitu management yang dikembangan dari
kata to manage, yang artinya mengatur atau mengelola. Sedangkan secara
terminologi manajemen menurut David (1976, h.2) yang dikutip oleh Made Pirdata
terbagi kepada manjemen sebagai peranan dan manajemen sebagai tugas. Hal ini
memberi jalan untuk membedakan kedua istilah itu. Manajeen sebagai peranan
disebutkan sebagai administrasi, dan manajemen sebagai tugas adalah
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen. Apabila diambil definisi manajemen adalah
bekerja dengan sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi sengan
pelaksanaan fungsi-fungsi (POAC).[1]
Siapapun
mengerti bahwa aktifitas manajemen setiap lembaga/organisasi (termasuk
pesantren) selalu berkaitan dengan usaha-usaha mengembangkan dan memimpin suatu
kesatuan, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Semuanya ini untuk mencaai
tujuan tertentu dalam organisasi yang ditetapkan sebelumnya (pre determine
objective).
Melihat
keterkaitan itu maka tidaklah salah jika kemudian orang menyatakan bahwa
manajemen sangan berkaitan erat dengan persoalan kepemimpinan. Karena manajemen
sendiri jika dianut dari etimologinya yang berasaal dari sebuah kata manage
atau manus (latin) yang berarti memimpin, menangani, mengatur, dan atau
membimbing.[2]
B.
UNSUR-UNSUR PESANTREN
Pesantren
merupakan suatu komunitas tersendiri, dimana kiai, ustadz, santri, dan pengurus
pesantren hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan, berlandaskan
nilai-nilai agama islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasaan-kebiasaannya
sendiri, yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat umum yang
mengitarinya. Komunitas pesantren merupakan suatu keluarga besar dibawah asuhan
seorang kiai atau ulama’ dan dibantu oleh beberapa ustadz.
Dengan
demikian unsur-unsur pesantren adalah:
a.
Pelaku
terdiri dari:
a)
Kiai
yaitu, pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi
suatu pesantren
b)
Ustad
yaitu, guru atau seseorang yang mengajar ilmu agama di pesantren.
c)
Santri,yaitu
siswa atau murid yang belajar di pesantren. Pada umumnya santri terbagi menjadi
dua kategori. Pertama, santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah
yang jauh dan menetap di pesantren. Kedua, santri kalong, yaitu para siswa yang
berasal dari desa disekitar pesantren. Mereka bolak-balik (nglajo) dari
rumahnya sendiri. Para santri kalong berangkat ke pesantren ketika ada tugas
belajar dan aktifitas pesantren lainnya.[3]
dan
d)
Pengurus.
Biasanya yang dijadikan sebagai pengurus dalam pondok pesantren adalah santri
yang sudah lama tinggal dan belajar di pondok pesantren atau santri senior.
Mereka bertugas mengurusi beberapa tanggung jawab atas santri dan kegiatan yang
ada dalam agenda pondok pesantren atas intruksi kiai dan ustad.
b.
Sarana
perangkat keras:
Misalnya
masjid, rumah kiai, rumah ustad, pondok, gedung sekolah, gedung-gedung lain
untuk pendidikan seperti perpustakaan, aula, kantor pengurus pesantren, kantor
organisasi santri, keamanan, koperasi, gedung-gedung keterampilan, dll.
c.
Sarana
perangkat lunak:kurikulum, buku-buku dan sumber belajar lainnya, cara
belajar-mengajar (bandongan, sorogan, halaqah, dan menghafal), evaluasi belajar
–mengajar.[4]
C. BUDAYA
PESANTREN
Ada banyak sekali pengertian mengenai budaya. A.L. Kroeber dan C.
Kluckhohn menghimpun sebanyak 160 lebih mengenai definisi
kebudayaan
tersebut dalam buku mereka berjudul Culture, a Critical Review of
Concepts
and Definitions.
Secara etimologis, Koentjaraningrat menyatakan bahwa kata budaya
berasal dari kata budhayah, bahasa Sanskerta, yang merupakan bentuk
jamak
dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian,
kebudayaan dapat dikatakan “hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal.”[5]
Karena ia
berkaitan dengan budi dan akal manusia, maka skupnya pun menjadi
demikian
luas. Koentjaraningrat kemudian menyatakan bahwa kebudayaan
paling sedikit mempunyai tiga wujud, yaitu:
1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan,
nilainilai,
norma peraturan dan sebagainya.
2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas, kelakuan
berpola
dari manusia dalam masyarakat.
3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Berdasarkan pengertian tentang budaya yang demikian, maka setiap
individu, komunitas dan masyarakat melalui kreasinya pun bisa
menciptakan
sebuah budaya tertentu Ketika kreasi yang diciptakan itu kemudian
secara
berulang, bahkan kemudian menjadi kesepakatan kolektif maka pada
saat itu
kreasi itu telah menjelma menjadi sebuah budaya. Salah satu
komunitas yang
mampu membentuk budaya yang khas adalah pesantren.
Karakteristik utama budaya pesantren diantaranya :
1.
Modeling
Modeling disini dalam ajaran Islam bisa diidentikkan dengan uswatun
hasanah atau sunnah hasanah yakni contoh yang ideal yang selayaknya atau
seharusnya diikuti dalam komunitas ini. Tidak menyimpang dari ajaran dasar
Islam, modeling dalam dunia pesantren agaknya lebih diartikan sebagai
tasyabbuh.
2.
Cultural
resistance
Mempertahankan budaya dan tetap bersandar pada ajaran dasar Islam adalah
budaya pesantren yang sudah berkembang berabad-abad. Sikap ini tidak lain
merupakan konsekuensi logis dari modeling. Disayangkan bahwa hampir belum ada
ilmuwan yang memusatkan perhatian pada dua aspek ini secara proporsional.
Konsepsi ini bahkan sering disalahpahami oleh sarjana-sarjana barat seperti
penghampiran mereka yang lebih memusatkan perhatian pada sinkretisme Islam atau
uga studi yang lebih menekankan wajah Hindu-Budha sebagai induk budaya Jawa
sementara Islam dipandang sebagai anak budaya.
3.
Budaya
Keilmuwan yang tinggi
Dunia pesantren senantiasa identik dengan ilmu. Definisi pesantren itu
sendiri selalu mengacu pada proses pembelajaran dengan komponen-komponen
pendidikan yang mencakup pendidik, santri, murid, serta fasilitas tempat
belajar mengajar.[6]
D. PENTINGNYA
MANAJEMEN PESANTREN
Ada beberapa alasan mendasar mengapa inovasi
pendidikan pesantren terasa urgen dan mendesak untuk dilakukan. Dalam kaitan
ini, Sudirman Tebba, seorang peneliti pesantren mengemukakan alasannya :
a.
Pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan, dakwah dan sosial dirasakan oleh banyak
pihak memiliki potensi yang besar untuk memberikan sumbangan pemikirann dalam
bidang pendidikan dan pengembangan masyarakat.
b.
Jumlah
pesantren potensial terbukti telah melaksanaakan usaha kreatif yang bersifat
rintisan.
c.
Usaha ini
perlu dikembangkan sambil terus melakukan upaya pembenahan terhadap masalah
utama yang dihadapi pesantren, baik yang bersifat internal maupun eksternal. [7]
IV.
KESIMPULAN
Manajemen
Pesantren merupakan pengelolaan dari sebuah lembaga pondok pesantren.
Unsur Pondok
Pesantren meliputi: pelaku, perangkat keras, dan perangkat lunak.
Pelakunya
adalah kiai, ustad atau ustadzah, santri dan pengurus
Perangkat
keras, seperti masjid, rumah kiai atau ustadz, gedung yang digunakan untuk
mengaji, pondok pesantren
Perangkat
lunaknya seperti kurikulum yang terdapat dalam pesantren tersebut, cara belajar
mengajar dalam pondok pesantren, buku-buku yang berkaitan dengan pembelajaran,
kitab kuning, dan beberapa sumber yang dapat menunjang pembelajaran dalam
pesantren.
Budaya yang terdapat dalam pondok pesantren
biasanya tidak lepas dari beberapa kebiasaan yang telah diajarkan oleh kiai
atau ustadz. Sehingga apa yang diajarkan tersebut dilakukan secara terus
menerus dan akhirnya menjadi sebuah kebudayaan atau kebiasaan tersendiri dalam
pondok pesantren.
Pentingnya
pesantren, sebenarnya sangatlah penting. Karena pelajaran yang diajarkan sangat
bagus dan penting untuk kehidupan mendatang. Akan tetapi, tidak sedikit yang
menganggap pembelajaran dalam pesantren itu dipandang sebelah mata. Maka, untuk
mengantisipasi permasalahan tersebut pesantren haruslah juga mengejar
ketertinggalan dengan memunculkan hal-hal baru yang dapat memberikan efek
kepada pembelajaran sehingga pesantren tidak lagi dipandang sebelah mata.
V.
ANALISIS
Setelah kita mengetahui bagaimana sistem manajemen
yang ada dalam pesantren, kita masih
perlu menganalisa agar kita mendapatkan pemahaman yang lebih mengenai sistem
manajemen pesantren. Sudah dijelaskan pada pembahasan diatas bahwasanya sistem
manajemen pesantren terangkum dalam sub-sub pembahasan. Terdapat beberapa
cultur atau budaya pesantren dan menjelaskan tentang bagaimana pentingnya
sistem manajemen pada pesantren. Di era reformasi hingga sekarang, kita juga
harus mengapresiasi kinerja pemerintah, bahwasannya pemerintah telah mendukung
sepenuhnya bagi pendidikan pesantren di Indonesia. Dimana ruang gerak pondok
pesantren tidak dibatasi, dan bahkan telah berkembang menjadi pondok pesantren
yang modern, dengan memberikan porsi yang seimbang antara ilmu agama dan ilmu
pengetahuan umum. Namun dengan demikian, suatu pesantren tidak akan begitu saja
menghilangkan budaya-budaya pesantren. Bahkan cultur tersebut akan terus
menjadi sebuah kebudayaan dalam pesantren sekalipun pesantren tersebut telah
menjadi pesantren modern. Baik dalam sistem pembelajarannya maupun dari cover
bangunan dan fassilitasnya.
VI.
PENUTUP
Demikian
makalah ini dibuat, semoga dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada
umumnya, dan dapat memberikan suatu pemahaman kepada pemakalah secara
khususnya. Sekian apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan
makalah ini, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Dari pemakalah
minta maaf atas kekurangan yang ada dan atas perhatian pembaca pemakalah
mengucapkan terima kasih.
[1] http://beritaislamimasakini.com/manajemen-pendidikan-pondok-pesantren-htm Diakses pada tanggal 30 September 2015
[2] Halim dkk, Manajemen
Pesantren, (Yogyakarta:PT Lkis Pelangi Aksara, 2005) hal:70-71
[3] Amin Haedari, Masa
Depan Pesantren, (Jakarta : IRD PRESS, 2004) Hal: 35
[5]
Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan, (Jakarta:
Gramedia, 1976), hal:19
[6] Abdurrahman
Mas’ud dkk, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta:Kerjasama
antara Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dengan PUSTAKA PELAJAR
(Anggota IKAPI), 2002). Hal:26-32
[7] Abdurrahman
Mas’ud dkk, Dinamika Pesantren dan Madrasah, (Yogyakarta:Kerjasama
antara Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang dengan PUSTAKA PELAJAR
(Anggota IKAPI), 2002). Hal: 61
Tidak ada komentar:
Posting Komentar