I.
PENDAHULUAN
Dalam sejarah pemikiran filsafat abad
pertengahan, sosok Ibnu Sina dalam banyak hal dibicarakan oleh banyak orang,
sedang diantara para filosof muslim ia tidak hanya unik, tapi juga memperoleh
penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu-satunya
filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap
dan terperinci, suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat muslim
beberapa abad.
Pengaruh ini terwujud bukan hanya karena
ia memiliki sistem, tetapi karena sistem yang ia miliki itu menampakkan
keasliannya yang menunjukkan jenis jiwa yang jenius dalam menemukan
metode-metode dan alasan-alasan yang diperlukan untuk merumuskan kembali
pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual Hellenisme yang ia warisi dan
lebih jauh lagi dalam sistem keagamaan Islam.
Ide-ide cemerlang gagasan Ibnu Sina
memberikan kontribusi cukup baik bagi semua kalangan ilmuan, baik dari ilmuan
Muslim maupun non Muslim. Kepopuleran Ibnu Sina sudah tidak diragukan lagi,
terkhusus dari penemuan Ibnu Sina di bidang kedokteran, hal tersebut dapat
dilihat dari karyanya yang sangat popular yaitu kitab Qanun fi al-Thib serta
banyak memberikan kontribusi dalam bidang ilmu kedokteran.
II.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana riwayat hidup Ibnu Sina?
2.
Apa saja karya Ibn Sina?
3.
Bagaimana konsep pendidikan menurut Ibnu Sina?
III.
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup Ibnu Sina
Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husayn ibn abdullah. Penyebutan
nama ini telah menimbulkan perbedan pendapat dikalangan para ahli sejarah. Dalam sejarah pemikiran Islam Ibnu Sina
sebagai intelektual muslim yang banyak mendapat gelar. Ia lahir pada 370 H
bertepatan dengan tahun 980 Masehi di Afshana, Suatu daerah yang terletak
didekat Bukhara, dikawasan Asia Tengah. Ayahnya bernama Abdullah seorang
sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balk, Khurasan, dan pada saat kelahiran
putranya dia adalah gubernur disalah satu pemukiman Nuh Ibn Mansur, sekarang
wilayah Afganistan (dan juga Persia).[1]
Sejarah
mencatat sejumlah guru yang pernah mendidik Ibn Sina diantaranya:
1.
Mahmud al-massah (Matematika)
2.
Abi Muhammad Isma'il ibn Husyaini (ahli fiqh)
3.
Abi Abdillah an-Natili (ahli mantiq dan falsafah)[2]
Sebagai ilmuwan, Ibnu Sina
telah berhasil menyusun buku sebanyak 276 buah. Bukunya yang terkenal antara
lain asy-Syifa berupa ensiklopedia tentang fisika, matematika dan logika serta
al-Qanun at-Tibb yang merupakan ensiklopedia tentang kedokteran.[3]
Karya-karyanya hingga
sekarang menjadi objek penelitian yang aktual.[4]
Ibnu Sina menguasai banyak bidang ilmu. Ia adalah seorang filosof muslim
ternama dengan penguasaan yang mumpuni terhadap filsafat Aristoteles dan
Neo-Platonis. Ia belajar matematika kepada Al-Khawarizmi, dan belajar
kedokteran kepada Isa Ibnu Yahya. Dua bidang ilmu ini melejitkan namanya sejak
usia sangat belia, yaitu 17 tahun.[5]
B. Karya-karya Ibn
Sina
Diantara karya-karyanya
adalah :
a. Dalam bidang filsafat : Al-Syifa’, Al-Najah,
Al-Isyarat, Al-Hikmah al-arudiah, Hikmah al-alai, Al-Hidayah fi al-hikmah,
Al-Ta’liqat fi al-hikmah al-falsafiah, U’yun al-hikmah dan al-ansaf,
b. Dalam bidang psikologi : Al-Munazarat fi
al-nafs, Al-Fusul fi al-nafs,
c. Dalam bidang akhlak : Risalah fi al-akhlak,
d. Dalam bidang tasawuf : Risalah al-tair,
Risalah fi al-qadr, Kitab al’isyq, al-maudi, Hikmah al-maut, Al-hikmah
al-syarkiah, Hayy ibn yaqzan,
e. Dalam bidang kedokteran : Al-Qanun fi al-tibb,
f. Dalam bidang lain : Al-Syabakah wa al-tair,
Maqolat fi ghard I phitaghoras, Maqolah’ilm al-hikmah, Maqolah fi al-nihayah wa
al-nihayah dan maqolah fi anna ab’ad al-jism ghair zatiyah.[6]
Ibnu Sina wafat pada tahun 1037M di Hammadan, Iran, karena penyakit maag
kronis. Ia wafat ketika ia sedang mengajar disebuah sekolah saat itu dia sedang
sakit parah tetapi tetap saja bersi keras untuk mengajar anak-anak. Saat akan dibawa
ke Rumah Sakit, dia sudah kehilangan nyawa.[7]
C. Konsep
Pendidikan Menurut Ibnu Sina
1. Tujuan Pendidikan
Menurut Ibnu Sina, tujuan
pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki
seseorang kearah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik,
intelektual, dan budi pekerti. Selain itu, tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina
harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup
dimasyarakat secara bersama-sam dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang
dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan, dan potensi yang
dimiliknya.[8]
Khusus pendidikan jasmani, Ibnu
Sina mengatakan hendaknya tujuan pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan
segala sesuatu yang berkaitan dengannya, seperti olahraga, makan, minum, tidur,
dan menjaga kebersihan. Ibnu Sina berpendapat bahwa tujuan pendidikan untuk
mencapai kebahagiaan. Melalui pendidikan jasmani-olahraga, seorang anak
diarahkan agar terbina pertumbuhan fisiknya dan cerdas otaknya. Sedangkan
dengan pendidikan budi pekerti, diharapkan seorang anak dapat mempertajam
perasaannya dan meningkat daya khayalnya.[9]
Ibn Sina juga mengemukakan
tujuan pendidikan yang bersifat keterampilan yang ditunjukkan pada pendidikan
bidang perkayuan, penyablonan, dan sebagainya. Dari situ akan muncul
tenaga-tenaga pekerja yang professional.Selain itu juga, ujuan pendidikan yang
dikemukakan Ibn Sina tersebut tampak didasarkan pada pandangan tentang Insan
Kamil (manusia yang sempurna), yaitu manusia yang terbina seluruh potensi dirinya
secara optimal dan menyeluruh, juga harus mampu menolong manusia agar bisa
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di masyarakat.[10]
2. Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu
komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Oleh karena itu,
kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan
sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis tingkat
pendidikan.[11]
Konsep Ibn Sina tentang
kurikulum didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik. Untuk usia anak
3-5 tahun, misalnya menurut Ibn Sina perlu diberikan mata pelajaran olahraga,
budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian. Selanjutnya, kurikulum
untuk usia 6-14 tahun menurut Ibn Sina adalah mencakup pelajaran membaca dan
menghafal Al-Qur’an, pelajaran agama, pelajaran syair dan pelajaran olahraga.
Kemudian, menyangkut kurikulum untuk usia 14 tahun keatas, menurut Ibn Sina,
mata pelajaran tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat si anak.
Strategi penyusunan kurikulum yang
ditawarkan Ibn Sina juga didasarkan pada pemikiran yang bersifat pragmatis
fungsional, yakni dengan melihat segi kegunaan dari ilmu dan keterampilan yang
dipelajari dengan tuntutan masyarakat atau berorientasi pasar.[12]
Strategi pembentukan kurikulum
Ibn Sina tampak sangat dipengaruhi oleh pengalaman yang terdapat pada dirinya.
Ia mencoba menuangkan pengalaman pribadinya dalam mempelajari berbagai macam
ilmu dan keterampilan dalam konsep kurikulumnya.[13]
Jadi konsep kurikulum Ibn
Sina ada 3 ciri, yaitu :
- Kurikulum tidak terbatas pada menyusun jumlah mata pelajaran, melainkan tujuan, kapan mata pelajaran diajarkan, aspek psikologis, dan keahlian yang akan dipilihnya. Sehingga siswa merasa senang mempelajari suatu ilmu.
- Strategi penyusunan yang bersifat pragmatis fungsional (marketting Oriented). Sehingga setiap lulusan pendidikan dapat difungsikan dalam masyarakat.
- Strategi pembentukan kurikulum sebagaimana yang dilakukan dalam mempelajari berbagai ilmu dan keterampilan.
Dari ketiga ciri kurikulum
tersebut telah memenuhi persyaratan penyusunan kurikulum yang dikehendaki oleh
masyarakat modern.[14]
3. Metode Pengajaran
Konsep metode yang ditawarkan
Ibn Sina antara lain terlihat pada setiap materi pelajaran. Dalam setiap
pembahasan materi pelajaran Ibn Sina selalu memperbincangkan tentang cara
mengajarkan kepada anak didik. Ibn Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran
tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada bermacam-macam anak didik dengan
cara yang sama.[15]
Metode pengajaran yang ditawarkan Ibn Sina antara lain :
a. Metode
talqin, digunakan untuk mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada anak didik
sebagian demi sebagian. Setelah itu anak didik disuruh mengulangi bacaan
tersebut perlahan-lahan dan dilakukan berulang-ulang hingga hafal
b. Demonstrasi, digunakan dalam cara mengajar
menulis
c. Pembiasaan dan teladan, merupakan salah satu
metode paling efektif, khususnya mengajarkan akhlak.
d. Diskusi magang, diskusi dapat dilakukan dengan
cara penyajian pelajaran dimana siswa dihadapkan pada sebuah masalah, magang,
Ibn Sina contohnya murid yang mempelajari ilmu kedokteran, dianjurkan agar
menggabungkan teori dan praktik.
e. Penugasan, cara penyajian bahan pelajaran
dimana guru memberikan tugas kepada siswa, agar siswa melakukan pembelajaran
diuar kelas.[16]
4. Konsep Guru
Konsep guru yang baik ditawarkan
Ibn Sina antara lain berkisar antara lain tentang guru yang baik. Bahwa guru
yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik
akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok
dan main-main diadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, teliti,
sabar, adil, hemat dalam penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak didiknya.[17]
Tugas seorang guru dalam
mendidik tidaklah mudah. Sebab, pada hakikatnya tugas pendidik yang utama
adalah membentuk perkembangan anak dan membiasakan kebiasaan yang baik dan
sifat-sifat yang baik menjadi faktor utama guna mencapai kebahagiaan anak.
Orang yang ditiru hendaklah menjadi pemimpin yang baik, contoh yang bagus dan
berakhlak hingga tidak meninggalkan kesan buruk pada jiwa anaka yang menirunya.[18]
5. Konsep Hukuman dalam Pengajaran
Ibn Sina pada dasarnya tidak
berkenan menggunakan hukuman dalam kegiatan pengajaran. Hal ini didasarkan pada
sikapnya yang sangat menghargai martabat manusia. Namun, dalam keadaan
terpaksa, hukuman dapat dilakukan dengan cara yang amat hati-hati. Ibn Sina
menyadari bahwa manusia memiliki naluri yang selalu ingindisayang, tidak suka
diperlakukan kasar, dan lebih suka diperlakukan halus. Atas dasar pandangan
kemanusiaan inilah, Ibn Sina sangat membatasi pelaksanaan hukuman.
Penggunaan-penggunaan bantuan tangan adalah pembantu paling diandalkan dan
merupakan sei bagi seorang pendidik. Dengan ada kontrol secara terus-menerus,
mendidik anak dapat diawasi dan diarahkan sesuai dengan tujuan pendidikan.[19]
Ibn Sina membolehkan pelaksanaan
hukuman dengan cara yang ekstra hati-hati, dan hal itu hanya boleh dilakukan
dalam keadaan terpaksa dan tidak normal. Sedangkan dalam keadaan normal,
hukuman tidak boleh lakukan. Sikap humanistik ini sangat sejalan dengan alam
demokrasi yang menuntut keadilan, kemanusiaan, keederajatan dan sebagainya.[20]
Menurut Ibn Sina ilmu terbagi
menjadi dua, yaitu ilmu yang kekal (hikmah) dan ilmu yang tidak kekal. Ilmu
yang kekal dipandang dari peranannya sebagai alat disebut dengan logika.
Berdasarkan tujuan, ilmu itu menurutnya dibagi menjadiilmu praktis dan ilmu teoritis.
Ilmu teoritis seperti ilmu alam, matematika, ilmu kebutuhan dan
sejenisnyasedangkan ilmu praktis seperti ilmu akhlak, ilmu pngurusan rumah
tangga, ilmu pengurusan kota, ilmu syari’ah dan sebagainya. [21]
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Nama lengka Ibn Sina adalah Abu ‘Ali Al-Husayn ibn abdullah.
Penyebutan nama ini telah menimbulkan perbedan pendapat dikalangan para ahli
sejarah. Dalam sejarah pemikiran Islam Ibnu Sina
sebagai intelektual muslim yang banyak mendapat gelar.
·
Diantara karya-karyanya adalah : Dalam bidang filsafat,
dalam bidang psikologi, dalam bidang akhlak, dalam bidang tasawuf, dalam bidang
kedokteran.
·
Menurut Ibnu Sina, tujuan pendidikan harus diarahkan pada
pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang kearah perkembangannya
yang sempurna
·
Konsep Ibn Sina tentang kurikulum didasarkan pada tingkat
perkembangan usia anak didik.
·
Metode pengajaran yang ditawarkan Ibn Sina antara lain :
Metode talqin, demonstrasi, pembiasaan dan
teladan, diskusi magang, penugasan.
·
Konsep guru yang baik ditawarkan Ibn Sina antara lain
berkisar antara lain tentang guru yang baik. Bahwa guru yang baik adalah guru
yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam
mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main diadapan
muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, teliti, sabar, adil, hemat dalam
penggunaan waktu, gemar bergaul dengan anak didiknya.
·
Ibn Sina membolehkan pelaksanaan hukuman dengan cara yang
ekstra hati-hati, dan hal itu hanya boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa dan
tidak normal
B.
Kata Penutup
Demikian makalah Filsafat Pendidikan Islam yang berisi tentang
Pemikiran Ibn Sina dalam pendidikan yang dapat penulis sampaikan. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan
guna memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Khususnya pembaca. Amin
[1] Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.75
[2] https://dakir.wordpress.com/2009/07/30/konsep-pendidikan-ibnu-sina/ diakses pada tanggal
25 Mei 2015
[5] https://dakir.wordpress.com/2009/07/30/konsep-pendidikan-ibnu-sina/ diakses pada tanggal
25 Mei 2015
[9] http://pustakaazham.blogspot.com/2012/05/konsep-pendidikan-menurut-ibnu-sina.html diakses pada tanggal 25 Mei 2015
[11] Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. (Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.
78-79
[12] Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. (Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.81
[13] Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. (Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.81
[14] http://pustakaazham.blogspot.com/2012/05/konsep-pendidikan-menurut-ibnu-sina.html diakses pada tanggal 25 Mei 2015
[15] Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. (Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.82
[17] Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. (Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.84
[18] Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. (Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.85
[19] Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak
Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam. (Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal 85
[20] Syamsul Kurniawan, Erwin Mahrus. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam.
(Jogjakarta:AR_RUZZ MEDIA, 2011) hal.86